Atasi Masalah Menyusui pada Ibu, Dosen Unusa Latih Perawat Neonatus RSI Jemursari Gunakan Cup Feeder

Surabaya – Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan paling bergizi bagi bayi hingga usia enam bulan. Hanya ASI-lah asupan yang baik untuk bayi di usia itu, tidak boleh diberi makanan lain.

Namun, banyak ibu yang mengalami masalah pemberian ASI pada bayinya karena banyak hal. Sehingga dibutuhkan stimulus-stimulus agar menyusui bisa sukses.

Peran perawat dan bidan sangat penting untuk memotivasi pada ibu yang mengalami masalah memberikan ASI pada bayinya. Karena perawat dan bidan adalah garda terdepan untuk memberikan bantuan untuk mengatasi masalah ibu tersebut.

Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Dr Wesiana Heris Santy, Firdaus dan Rahmadaniar Aditya Putri (dosen Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan) dan dr Mery Susantri (dosen Kedokteran) mengedukasi para perawat di ruang neonatus Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya Jemursari pada 14 Juli 2023 lalu.

Dalam hal ini, para dosen Unusa fokus pada kondisi di mana ibu tidak bisa menyusui secara efektif atau menyusui tidak efektif.

Kondisi ini adalah di mana ibu dan bayi mengalami ketidak kepuasan atau kesulitan pada saat menyusui. Kondisi menyusui tidak efektif ini membuat pemberian ASI menjadi rendah sehingga dapat menjadi ancaman bagi bayi khususnya bagi kelangsungan hidup bayi pada saat pertumbuhan dan perkembangan.

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu ataupun pada bayinya. Bayi yang tidak dilakukan rawat gabung dengan ibunya karena indikasi medis misalnya pada bayi ikterus neonatorum yang mengharuskan dilakuakan tindakan fototerapi.

Saat proses fototerapi itu bayi tidak bisa menyusu secara langsung pada ibunya. Si ibu hanya bisa menyusui dua kali sehari yaitu pada saat pagi dan sore. Hal tersebut menyebabkan menyusui tidak efektif.

Berbagai kondisi memang membuat ibu tidak dapat memberikan ASI secara langsung. Entah karena kondisi bayi yang kurang memungkinkan kesehatannya untuk disusui langsung ataupun pada kondisi ibu yang beraktivitas setiap harinya.

Menyusui tidak efektif disebabkan berbagai hal, penyebab dari ibu menyusui tidak efektif. Adanya masalah pada suplay ASI, hambatan pada neonatus (misalnya, prematuritas, sumbing) , anomali payudara ibu (misalnya, putting masuk ke dalam) dan sebagainya.

“Di Rumah Sakit penggunaan dot memang menjadi solusi instan yang memfasilitasi pemberian ASI kepada bayi. Tetapi, di satu sisi penggunaan dot kerap menimbulkan masalah. Salah satunya bingung putting. Agar kebingungan puting tidak menjadi permasalahan yang ibu alami pada bayi, perawat di ruangan dapat memilih menggunakan cup feeder sebagai media pemberian ASI,” ujar Ketua Tim Pengmas, Wesiana.

Berdasarkan data dari studi komparatif bahwa pemberian minum dengan menggunakan cup feeder/cawan lebih efektif dibandingkan sendok. Karena pada kelompok intervensi cawan, volume ASI/PASI yang dapat dikonsumsi bayi adalah sebesar 0,28 ml per detik.

Bayi yang diberi susu menggunakan cup feeder menunjukkan perilaku menyusui yang jauh lebih matang saat dibandingkan dengan bayi yang diberi susu menggunakan dot selama enam minggu. Dan memiliki proporsi yang jauh lebih tinggi pemberian ASI satu minggu setelah keluar.

Cup feeder merupakan alternatif dari pemberian susu botol jika bayi tidak dapat menyusu dari payudara dan perlu diberikan ASI. Selain itu, dapat juga digunakan untuk menunjang bayi yang kurang mendapatkan ASI atau bayi yang terpisah dari ibunya untuk sementara waktu.

Menyusui menggunakan cup feeder merupakan salah satu metode menyusui yang mudah dilakukan. Ibu hanya perlu memberikan cup feeder yang terisi ASI secukupnya dan berikan dengan kondisi bayi dalam posisi tegak sehingga bayi dapat menyesap ASI dengan nyaman.

“Menyusu lewat botol dot dapat membuat Si Kecil bingung puting sehingga tidak ingin menyusui sama sekali. Dengan cup feeder, bayi menggunakan teknik menyusu seperti yang sama seperti menghisap puting susu,” kata Wesinana.

Selain itu dengan cup feeder ini, kata Wesiana bisa mengurangi risiko bentuk gigi dan rahang tidak normal.

Hal seperti itu harus diketahui para ibu hamil yang nantinya akan memiliki bayi. Juga bagi para ibu yang baru saja melahirkan. Karena itu, kata Wesiana, melatih dan mengedukasi para perawat sangatlah penting.

Karena nantinya perawat bisa memberikan edukasi pada para ibu itu bagaimana mengatasi masalah kesulitan untuk menyusui. Sehingga bayi bisa mendapatkan asupan ASI yang baik dan tidak mengalami kendala apapun untuk tumbuh kembangnya. (***)