dr. Sri Safariyawati Lolos Program PPDS Penyakit Dalam: Ingin Layani Pasien Lebih Baik

Surabaya – dr. Sri Safariyawati Maidina Asyahrul Afif, lulusan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) baru-baru ini telah berhasil lolos pada Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Airlangga, dengan fokus bidang penyakit dalam. Keputusannya untuk melanjutkan pendidikan dalam spesialisasi ini memotivasi dirinya untuk memberikan dampak positif bagi pelayanan kesehatan di Indonesia.

Diketahui, dr Sri Safariyawati sebelumnya pernah menjalani internship di Rumah Sakit Petrokimia Gresik dan beberapa puskesmas di Gresik selama 9 bulan. Kemudian ketika lulus pendidikan dokter, ia bekerja di Rumah Sakit Al-aziz Jombang hingga saat ini.

Wanita kelahiran 22 April 1996 itu menyadari betapa pentingnya peran seorang spesialis dalam menghadapi berbagai tantangan di bidang kesehatan. Selama menjalani koas ketika pendidikan dokter, ia bercerita bahwa hampir 90% kasus yang ditangani di Unit Gawat Darurat (UGD) terkait dengan penyakit dalam.

Latar belakang tersebut mendorong langkahnya untuk menjadi seorang spesialis penyakit dalam.

“Sebagai seorang dokter umum, kita mampu memberikan terapi dasar untuk pasien. Namun, untuk penanganan yang lebih mendalam dan komprehensif, perlu adanya pengetahuan yang lebih mendalam dalam bidang spesifik, jadi selalu ujungnya tetap dirujuk ke spesialis penyakit dalam, dan itu yang menjadi dorongan terbesar saya,” ungkapnya saat ditanya.

Pada konteks pelayanan kesehatan, spesialis penyakit dalam memiliki peran yang sangat vital. Mereka memiliki pengetahuan yang mendalam tentang diagnosa, pengobatan, dan tindak lanjut untuk berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan organ dalam tubuh manusia. Dengan adanya dokter spesialis penyakit dalam, diharapkan proses rujukan pasien dari dokter umum ke spesialis dapat lebih spesifik.

Perjalanan wanita kelahiran Kabupaten Lamongan itu tidaklah mudah hingga akhirnya lolos dalam program PPDS. Ia harus melewati beberapa tes diantaranya; Tes Potensi Akademik, Tes Bahasa Inggris, Uji Materi Bidang Penyakit Dalam, dan Wawancara.

“Ilmu-ilmu saat saya studi kedokteran sangat mendukung untuk menjadi spesial penyakit dalam, beberapa ilmu dasar seperti fisiologi, patofisiologi, paru, jantung, hingga ilmu penyakit dalam itu sendiri. Berbagai keilmuan tersebut saya review ulang, pelajari dari awal, mulai dari pemeriksaan-pemeriksaan fisik yang dibutuhkan, perjalanan penyakitnya seperti apa hingga terapinya, dan akhirnya saya lolos dalam PPDS ini,” tukasnya.

Keputusan dr Sri Safariyawati untuk melanjutkan studinya di PPDS ini mencerminkan tekad dan dedikasinya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Beliau berharap bahwa pengetahuannya yang mendalam pada bidang penyakit dalam dapat memberikan kontribusi signifikan dan membantu dalam penanganan pasien secara spesifik. (Humas Unusa)