Surabaya – Permasalahan gizi balita di Indonesia masih perlu perhatian serius dari berbagai pihak. Berdasarkan data Bappenas (2019), underweight (berat badan menurut umur) di bawah standar masih mempengaruhi 17,7% balita di Indonesia, dan permasalahan wasting di Jawa Timur masih dikategorikan akut dengan kasus ≥5%.
Menyoroti permasalahan tersebut, United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menggandeng Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dan Fatayat NU menggelar acara Temu 101 Ning Dukung Gizi Optimal Balita pada Rabu (15/5) pagi. Tak hanya dihadiri 101 Ning, acara ini turut menghadirkan perwakilan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, praktisi, Komunitas Posyandu Surabaya, dan 1000 balita beserta pendampingnya.
Balita yang terindikasi wasting beresiko tiga kali lebih besar terkena stunting atau gagal tumbuh kembang. Situasi ini menunjukkan bahwa masalah gizi balita bukanlah isu yang bisa dianggap remeh atau diselesaikan dalam waktu singkat, melainkan memerlukan upaya yang berkelanjutan dan kolaboratif.
Rektor Unusa, Prof Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., mengungkapkan rasa terima kasihnya karena Unusa kembali dipercaya UNICEF untuk bekerjasama dan mendukung upaya penurunan angka wasting di Jawa Timur.
“Kami sebagai institusi pendidikan sangat berbangga dapat terlibat dalam kerjasama upaya penurunan wasting ini. Dan kami akan selalu turut serta dalam merealisasikan program-program kerjasama ini, utamanya pada mahasiswa yang kami upayakan untuk selalu bisa terlibat mengambil peran dalam pelayanan kepada masyarakat,” ucapnya pada sambutan yang disampaikan.
Ketua Tim Kerja Balita dan Anak Pra-sekolah Direktorat Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan, Yunita Restu Safitri S.Kep. MKM., mengungkapkan bahwa permasalahan gizi kurang dan gizi buruk pada balita dapat membawa dampak buruk pada pembangunan sumber daya manusia. Hal tersebut dapat menghambat upaya pemerintah dalam rangka mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045.
“Indonesia punya target menurunkan prevalensi stunting sampai 14 persen di tahun 2024. Solusi akan wasting dan stunting perlu merujuk sedini mungkin, melakukan percepatan penurunan stunting, meningkatkan kesadaran orang tua, dan pemantauan rutin dari posyandu. Dan kita perlu berikan pemahaman itu,” ujarnya.
Ditambahkannya, penerapan solusi pada kasus gizi balita membutuhkan dukungan tidak hanya pada sektor kesehatan, melainkan organisasi wanita dan anak. Pemberdayaan masyarakat melalui program-program kesehatan berbasis komunitas juga menjadi salah satu strategi penurunan kasus wasting.
“Kehadiran 101 Ning dalam acara ini menjadi kegiatan pendeklarasian pertama terhadap upaya penanganan wasting. Dengan mengundang para Ning, diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang menyebarkan informasi dan edukasi mengenai pentingnya gizi seimbang untuk anak-anak,” tukasnya.
Pada acara ini juga dilakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) pada 1000 balita secara serentak, yang berhasil memecahkan rekor MURI sebagai pengukuran LILA terbanyak dan serentak. Hal ini bukan hanya sebuah pencapaian simbolis, tetapi juga upaya nyata dalam mengumpulkan data dan upaya langsung untuk intervensi gizi lebih lanjut.
Kepala Kantor UNICEF untuk Wilayah Jawa, Tubagus Arie Rukmantara, menyampaikan program intervensi gizi harus didesain secara komprehensif dengan pendekatan multisektoral agar dapat memberikan hasil yang signifikan.
“Dalam jangka panjang, edukasi gizi kepada masyarakat, terutama para ibu, perlu diperkuat untuk memastikan pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang dan praktik pemberian makanan yang benar bisa diterapkan secara luas. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi non-pemerintah, serta komunitas lokal menjadi kunci sukses dalam upaya ini,” ujarnya.
Unusa bersama UNICEF dan Fatayat NU menunjukkan komitmen serta kepeduliannya terhadap permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. Dengan komitmen yang kuat dari semua pihak yang terlibat, acara “Dukung Gizi Optimal Balita” ini diharapkan dapat menjadi katalisator perubahan positif dalam penanganan wasting di Indonesia. (Humas Unusa)