Mpox Bukan Pandemi, Tetap Waspada, Kenali Gejala, Pemeriksaan dan Pencegahannya

Diyan Wahyu Kurniasari, Sp.PK – Dosen Fakultas Kedokteran (FK)

MPOX atau cacar monyet adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus ini. Virus ini termasuk dalam kelompok penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Mpox juga dapat ditularkan dari   manusia ke manusia.

Awal muncul kasus Mpox di negara Afrika pada tahun 1970. Penyebaran penyakit ini berawal ditemukannya kasus dari penularan monyet ke manusia. Pada tahun 2022, kasus Mpox mulai dilaporkan di negara-negara non-endemis pada  23 Juli 2022 dan pernah ditetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh WHO.

Pasifik Barat (51,9%) dan Asia Tenggara (18,1%) yakni 2 regional yang terbanyak melaporkan pada September 2023. Termasuk Indonesia pertama kali melaporkan 1  kasus Mpox pada 20 Agustus 2022 dan pada 13 Oktober 2023 melaporkan kembali kasus Mpox hingga pada 26 Oktober 2023 sudah terakumulasi 14 kasus Mpox yang dilaporkan.

Hingga 5 November 2023, Indonesia melaporkan lonjakan kasus Mpox sebanyak 34 orang. Dari kasus yang terlapor semuanya bergejala ringan, tertular dari kontak seksual dan berusia antara 25-50 tahun. Total kasus terbaru yang dilaporkan per 22 November 2023 sebanyak 57 kasus, jumlah tersebut tersebar di 5 provinsi, yakni:

  1. Kepulauan Riau      : 1 kasus
  2. Provinsi Banten      : 6 kasus
  3. Jawa Barat       : 6 kasus
  4. DKI Jakarta       : 42 kasus
  5. Jawa Timur       : 2 kasus

Dari kasus yang terkonfirmasi itu,  sebanyak 33 orang dinyatakan sembuh dan tidak ada pelaporan kasus kematian sampai saat ini.

Mpox menular melalui kontak erat dengan penderita yang mempunyai lesi pada kulit, droplet, cairan tubuh (batuk, bersin, bahkan aktivitas seksual). Sementara penularan dari hewan ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan kulit hewan dengan lesi yang terkontaminasi virus. Adapun cara penularan lainnya yakni melalui gigitan hewan.

Seseorang yang terjangkit penyakit ini akan mulai terasa gejalanya setelah 6-13 hari setelah terpapar dengan masa inkubasi virus ini 6 -13 hari, tetapi dapat berkisar 5 -21 hari.

Gejala Mpox muncul setelah masa inkubasi, yaitu masa di mana virus bereplikasi di dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala. Gejala Mpox sendiri terbagi menjadi dua fase, yaitu fase akut dan fase erupsi.

Fase akut berlangsung selama 0-5 hari. Pada fase ini, gejala yang muncul mirip dengan gejala flu, yaitu demam, nyeri punggung, nyeri otot, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, dan gejala pernapasan (seperti sakit tenggorokan, hidung tersumbat, dan batuk).

Fase erupsi berlangsung sekitar 1-3 hari setelah timbulnya demam. Pada fase ini, muncul ruam atau lesi pada kulit. Ruam atau lesi ini biasanya dimulai dari kepala, kemudian menyebar ke wajah, anggota badan, telapak tangan, dan telapak kaki. Ruam atau lesi ini dapat berisi cairan atau nanah pada kulit dan biasanya akan menghilang dan rontok dalam waktu sekitar 3 minggu. Hal ini menandai fase penyembuhan Mpox.

Ruam atau lesi kulit penderita Mpox(source: Evandro Chagas National Institute of Infectious Diseases Fiocruz, 2022)

Gejala Mpox dapat bervariasi pada setiap orang dan muncul berbeda-beda pada setiap fase Mpox, lebih parah terjadi pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Pemeriksaan Mpox sangat mendetail terutama jika ada lesi. Perlu disampaikan pada dokter jika pernah melakukan perjalanan dari negara yang memiliki jumlah kasus Mpox tinggi.

Untuk mendiagnosis Mpox, dokter akan melakukan tes darah dan pemeriksaan lesi kulit. Tes darah untuk Mpox meliputi pemeriksaan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase), SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase), BUN (Blood Urea Nitrogen), jumlah leukosit, jumlah trombosit, dan albumin. Pemeriksaan lesi kulit meliputi pengambilan swab eksudat lesi, dinding luka, atau krusta untuk pemeriksaan NAAT (Nucleic Acid Amplification Testing), real-time PCR, atau PCR konvensional NAAT.

Tes darah untuk Mpox dapat membantu mendeteksi tanda-tanda peradangan. Tes kadar SGOT, SGPT, dan BUN dapat membantu mendeteksi kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala mirip Mpox, seperti hepatitis, gagal ginjal, dan infeksi bakteri.

Pemeriksaan lesi kulit untuk Mpox dilakukan untuk mendeteksi virus penyebab Mpox. Pemeriksaan ini dilakukan dengan teknik NAAT, ataupun real-time PCR yakni teknik yang digunakan untuk mendeteksi materi genetik virus yang biasa digunakan untuk orthopoxvirus (OPXV) atau spesifik untuk Mpox (MPXV). Tes darah dan pemeriksaan lesi kulit biasanya dilakukan secara bersamaan untuk mendiagnosis Mpox.

Pencegahan penyakit Mpox dapat dilakukan dengan cara:

  1. Menghindari kontak dengan hewan liar, terutama monyet, tikus dan primata lainnya.
  2. Hindari kontak dengan penderita Mpox, gunakan masker medis jika Anda di dekat penderita Mpox, dan menjaga jarak lebih dari 1 meter dengan penderita.
  3. Hindari bepergian ke daerah atau negara yang jumlah kasus Mpox tinggi.
  4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara teratur.
  5. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. (***)