Mahasiswa FKK Ciptakan Selimut Penghangat untuk Pasien di Ruang Operasi

Surabaya – Mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (FKK Unusa) membuat selimut penghangat (heating Blanket).

Selimut ini untuk para pasien yang sedang menjalani operasi di ruang operasi (OK) agar tetap hangat dan nyaman.

Di bawah dosen pembimbing, Iis Noventi, ada lima mahasiswa yakni Ari Wijayanti, Diny Dananartha, Nabilla Fauziyah, M.Zainur Rozikin  dan Muhazirin Khoeroy.

Heating Blanket ini dibuat dari hasil pengemanatan yang dilakukan kelima mahasiswa itu saat praktik di ruang operasi. Banyak pasien yang menggigil kedinginan atau mengalami hipotermi karena temperatur yang sangat dingin.

“Karena ruang OK itu temperaturnya harus dijaga. Tidak boleh diubah-ubah dan harus dingin supaya tetap steril. Kalau pasien tidak tahan dingin bisa menggigil,” kata Ketua Tim, Ari Wijayanti.

Ari menjelaskan biasanya yang mengalami hipotermi itu pasien operasi sesar. “Bisa menganggu kondisi pasien kalau menggigil itu. Padahal kalau sedang menjalani operasi semua kondisi tubuh harus normal,” tambah Ari.

Dari permasalahan itu, Ari dan teman-temannya berkonsultasi dengan dosen. “Kita ngobrol sama Bu Iis. Bagaimana mencari solusi atas permasalahan itu,” katanya.

Setelah ditemukan solusi membuat selimut penghangat itu, mereka membuat proposal. Dan ternyata proposal itu lolos Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kendikbudristek).

Sejak dinyatakan lolos itu tim pun mulai beraksi. Mereka merealisasikan semua yang mereka tulis dalam proposal dalam bentuk nyata.

Bahkan tim harus mendatangkan ahli robotik untuk mengajari bagaimana membuat alat sederhana yang berfungsi sebagai pemanas dan blower. “Akhirnya kami bisa membuatnya dan bisa memberikan suhu panas hingga 50 derajad celcius,” tandas Ari.

Untuk selimutnya sendiri, Ari mengaku membuatnya dari kain taslan. Kain ini dipilih agar bisa dicuci dan dipakai lagi.

Kain dijahit dan dibentuk sedemikian rupa yang panjangnya disesuaikan dengan panjang ranjang di kamar operasi. Kain yang sudah dijahit itu lalu dipompa dengan alat blower dan pemanas. Alat blower dan pemanas itu berdaya listrik 800 watt.

“Selama selimut itu dipakai, alatnya harus tetap dinyalakan hingga tetap memberikan rasa hangat pada pasien,” kata Ari.

Ari mengaku inovasi ini masih terus disempurnakan agar bisa nantinya memberikan manfaat bagi masyarakat banyak.

Membuat heating blanket diakui Ari menghabiskan dana sekitar Rp 8,6 juta. “Kita dapat pendanaan PKM Rp 9 juta, lumayan,” tambahnya.

Siap Menuju Pimnas

Tim Heating Blanket ini sudah mengikuti monitoring evaluasi (Monev) yang dilakukan Direktorat Pendidikan Tinggi, Kemendikbudristek.

Iis Noventi mengaku senang anak didiknya bisa menjalankan tugas sangat baik sejauh ini. “Kita selalu berdiskusi agar dicapai hasil yang maksimal,” ungkapnya.

Dengan perkembangan yang baik ini, Iis mengaku tim didikannya ini bisa melenggang ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2024 mendatang. “Bismillah melanjutkan tradisi Unusa untuk lolos ke Pimnas,” tukasnya.

Unusa sendiri meloloskan delapan tim PKM ini. Selain Heating Blanket ada pula Creative Handmade, Anbleed Toothbrush (Sikat Gigi Anti Pendarahan), ROKURI: Roti Isi Berbahan Dasar Tepung Sukun, BIPORA “Bingkai Poster Bersuara”. Guava Mask Whitening, Smart Wallet Inovasi Dompet Pintar dan TECARNUT (Tempe Carrot Nugget). (***)