Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) terus melakukan perbaikan agar dapat mempercepat langkahnya menuju kampus berlevel internasional. Hasilnya pun mulai terlihat di tahun ini, di mana 50 persen prodi Unusa telah berpredikat unggulan hingga banyaknya jurnal dari dosen Unusa yang berhasil menembus publikasi internasional.
“Target besar kita (untuk go internasional) itu tahun 2026. Artinya ini ada percepatan dari target kita. Tahun 2026 itu kan targetnya kita di level ASEAN tapi sekarang sudah mulai (terwujud),” ungkap Prof. Kacung Marijan, Ph.D, Wakil Rektor 1, Bidang Akademik Unusa, Kamis (10/8).
Prof Kacung melanjutkan, penggunaan bahasa Inggris saat pembelajaran sudah mulai ditingkatkan. Saat ini sudah ada percontohan untuk beberapa kelas yang menggunakan bahasa Inggris saat pembelajaran.
“Supaya nantinya lulusan Unusa terbiasa dengan bahasa Inggris, tetapi tanpa meninggalkan bahasa Indonesia ya. Misalnya di Keperawatan, materi pembelajarannya menggunakan bahasa Inggris,” jelasnya.
“Jadi kombinasi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Nantinya ketika ada dosen asing menjadi dosen tetap di sini, anak-anak (mahasiswa) sudah mengerti (komunikasi dalam bahasa Inggris),” imbuhnya.
Prof Kacung menuturkan, tak hanya saat pembelajaran saja yang menggunakan bahasa Inggris, bahkan kini Unusa juga sudah mulai menerapkan skripsi yang dituangkan dalam bahasa Inggris.
“Ada skripsi di jurusan Kesehatan Masyarakat itu dalam bahasa Inggris. Penguji nya juga ada yang dari Malaysia,” tukasnya.
Prof Kacung mengatakan, untuk kerja sama Unusa dengan beberapa institusi juga sudah dilakukan dengan institusi dari luar negeri.
“Kolaborasi dengan Malaysia untuk kuliah bareng, bahkan nanti juga memungkinkan untuk KKN bareng. Misalnya mahasiswa dari Malaysia yang ke sini atau kita yang ke Malaysia. Supaya mahasiswa terbiasa dengan ritme global,” jelasnya.
Prof Kacung mengakui saat ini selain dari Malaysia, ada beberapa mahasiswa asing yang menempuh pendidikan di Unusa. Mereka antara lain berasal dari Timor Leste dan Filipina.
“Ke depan kita harapkan akan makin banyak mahasiswa asing yang menempuh studi di sini,” imbuhnya.
Prof Kacung menegaskan poin penting menjadi kampus berlevel internasional adalah meletakkan pondasi ekosistem pembelajaran bertaraf internasional, mulai dari perpustakaan, cara pembelajarannya, dan sarana prasarana lainnya.
“Kalau ekosistemnya bagus maka untuk menjadi kampus internasional itu akan mudah dicapai,” tandasnya.
Sementara itu Direktur Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengawasan Internal (LPMPI) Unusa, Wesiana Heris Santy S.Kep., M.Kep, mengungkapkan untuk menuju kampus berlevel internasional dosen Unusa setidaknya harus S3.
“Kita ada percepatan dosen sekolah S3. Tadinya kan minimal S2, nah sekarang sudah kita tingkatkan menjadi S3,” ujarnya.
“Bagaimana kita mencapai guru besar kalau tidak ada yang S3. Kita banyak menyekolahkan dosen ke jenjang S3 sejak 2019 lalu dan sekarang sudah mulai panen ya,” imbuhnya. (***)