Dosen Unusa Beri Penguatan Kelas Ibu Pasca Persalinan dan Menyusui untuk Pemenuhan Nutrisi

Surabaya – Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengedukasi para ibu yang baru melahirkan dan yang sedang menyusui di RW 03 Kelurahan Wonokromo Surabaya, 6 Juni 2023 lalu.

Para dosen itu yakni Rizki Amalia, Ulliyatul Laili, Fauziyatun Nisa’, Yunik Windarti, Winawati Eka Putri dan Achmad Syafiuddin.

Edukasi tentang gizi ini sangat diperlukan terutama bagi ibu nifas karena gizi dapat mempengaruhi produksi ASI, pemulihan masa nifas, serta pengaruh lainnya terhadap keberlangsungan ibu nifas tersebut.

“Jika ibu nifas mengalami malnutrisi maka ibu nifas tersebut dapat menderita penyakit seperti anemia. Kejadian tersebut berdampak pada bayinya, yaitu dapat mengalami gangguan tumbuh kembang, bayi muda sakit dan terkena infeksi,” kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat, Rizki Amalia.

Dikatakan Rizki, pemulihan pada masa nifas dapat dipercepat dengan pemenuhan gizi pada ibu nifas yang meliputi nutrisi yang baik, gizi seimbang dan meningkatkan produksi ASI. Jika gangguan gizi seperti malnutrisi, defisiensi zat besi dan anemia dapat menghambat penyembuhan luka.

Ibu dengan masalah gizi kurang tetap mampu memproduksi ASI namun jika gizi kurang ini berlangsung berkepanjangan dapat mempengaruhi beberapa zat gizi yang terdapat pada ASI akan menurun seiring memburuknya status gizi ibu.

Asupan energi ibu menyusui yang kurang dari 1500 kalori per hari dapat menyebabkan terjadinya penurunan total lemak. Selain itu, ibu nifas dilarang makan sayur karena makanan tersebut dianggap dapat mengakibatkan lemah sendi.

“Padahal kepercayaan itu salah besar dalam proses penyembuhan luka jahitan perineum memerlukan nutrisi terutama protein untuk membantu proses penggantian jaringan yang mati atau rusak dengan jaringan yang baru dengan jalan regenerasi,” jelasnya.

Protein juga diperlukan untuk pembentukan ASI. Ibu nifas sebaiknya mengkonsumsi minimal telur, tahu, tempe dan daging atau ikan bila ada. Kecuali bila ibu nifas alergi dengan ikan laut tertentu atau alergi telur sejak sebelum hamil, maka sumber protein yang menyebabkan alergi tersebut dihindari.

Bila memang alergi jenis protein tertentu misal ikan laut, Ibu nifas boleh mencari ganti sumber protein dari daging ternak dan unggas juga dari protein nabati seperti kacang-kacangan. Permasalahan yang masih ada di masyarakat pada masa nifas ialah mempercayai adanya hubungan antara makanan tertentu dengan kesehatan ibu nifas.

Perilaku tersebut merupakan kumpulan dari berbagai factor yang saling berinteraksi. Seiring dengan tidak disadari bahwa interaksi itu sangat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu.

Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia mampu mengubah perilaku tersebut. Dampak dari adanya kepercayaan terhadap mitos pantang makanan seperti menghindari jenis makanan tertentu selama masa nifas antara lain yaitu proses penyembuhan luka yang semakin lama, produksi ASI yang kurang, berpotensi terinfeksi, serta dapat menimbulkan anemia.

Defisiensi gizi dapat dicegah dengan menyusun menu seimbang bagi ibu nifas. Upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan cara memberikan penyuluhan terhadap ibu nifas agar mereka mengerti dan memahami pentingnya nutrisi bagi ibu nifas serta untuk pertumbuhan bayi melalui ASI yang di berikan ibu nifas.

Untuk membantu mengatasinya,cara agar informasi dapat diterima dan mudah dipahami oleh masyarakat khususnya pada ibu nifas adalah melalui pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan.

Peneliti menyampaikan informasi pada ibu nifas yaitu dengan dibentuknya kelas ibu. perawatan diri ibu bayi berbasis kelompok mungkin menjadi cara yang lebih efisien untuk memberikan layanan intervensi dini.

Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang yaitu proses mengecilnya kembali Rahim ke ukuran semula tentu akan berlangsung secara bertahap, membutuhkan waktu yang berbeda-beda setiap orangnya, biasanya berlangsung sekitar 40 hari.

“Sehingga edukasi seperti ini sangat penting agar para ibu menjadi paham dan menjaga kebutuhan gizinya,” tandas Rizki.

Kegiatan pengmas ini diikuti puluhan ibu dan kader Surabaya Hebat. Para peserta memberikan respon yang baik atas kegiatan ini. Ke depan, dosen Unusa akan terus melakukan pemantauan gizi di daerah tersebut. Apalagi kawasan itu adalah daerah binaan Unusa terutama Fakultas Keperawatan dan Kebidanan. (***)