Asesmen Diagnostik Bukan Asal Penilaian Dalam Dunia Pendidikan

Rudi Umar Susanto, M.Pd – Dosen S1 PGSD Unusa dan Fasilitator Sekolah Penggerak Kemendikbud

KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sedang melakukan berbagai asesmen dan program untuk meningkatkan kompetensi seluruh siswa di Indonesia, salah satunya adalah dengan melakukan asesmen diagnostik.

Asesmen diagnostik merupakan asesmen atau penilaian yang dilakukan secara spesifik guna mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan siswa sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa.

Kegiatan asesmen perlu dilakukan berkesinambungan agar guru bisa terus melakukan monitoring setiap perubahan atau perkembangan siswa. Dengan begitu, guru dapat memperbaiki bahkan menyempurnakan instrumen pembelajaran yang tepat untuk kegiatan belajar siswa.

Rudi Umar Susanto, M.Pd – Dosen S1 PGSD Unusa dan Fasilitator Sekolah Penggerak Kemendikbud

Asesmen diagnostik bukan sekadar penilaian biasa. Asesmen diagnostik melibatkan proses yang lebih terperinci dan komprehensif dalam memahami individu secara holistik. Berikut adalah beberapa perbedaan antara asesmen diagnostik dan penilaian biasa:

Tujuan: Tujuan penilaian biasa umumnya adalah untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan atau kemampuan mereka dalam suatu bidang tertentu. Sementara itu, tujuan asesmen diagnostik lebih luas dan melibatkan identifikasi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan, kekuatan, kelemahan, dan karakteristik individu secara menyeluruh.

Ruang lingkup: Penilaian biasa biasanya terfokus pada pengukuran keterampilan dan pengetahuan spesifik yang diajarkan dalam kurikulum. Asesmen diagnostik melibatkan pengumpulan informasi yang lebih luas, termasuk aspek sosial, emosional, kognitif, perkembangan, dan lingkungan individu. Ini membantu dalam memahami faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kemampuan belajar dan perkembangan individu.

Metode dan instrumen: Penilaian biasa sering menggunakan tes atau tugas terstruktur yang dirancang untuk mengukur pemahaman siswa dalam waktu terbatas. Asesmen diagnostik menggunakan berbagai metode dan instrumen, termasuk observasi, wawancara, penilaian psikologis, catatan perkembangan, dan evaluasi sejarah pendidikan atau medis individu. Metode ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang individu yang sedang dievaluasi.

Analisis hasil: Penilaian biasa umumnya memberikan skor atau nilai yang menunjukkan sejauh mana siswa memenuhi kriteria tertentu. Dalam asesmen diagnostik, hasilnya dianalisis secara komprehensif dan dibandingkan dengan norma yang relevan atau standar yang ditetapkan. Hal ini membantu dalam memahami profil kekuatan dan kelemahan individu serta mengidentifikasi kebutuhan yang spesifik.

Implikasi tindakan: Penilaian biasa sering digunakan untuk memberikan umpan balik atau memberikan nilai kepada siswa. Asesmen diagnostik memiliki implikasi yang lebih luas dalam perencanaan intervensi, pengembangan program pembelajaran yang disesuaikan, pengarahan layanan dukungan, atau rekomendasi penyesuaian pendidikan yang tepat untuk individu yang dievaluasi.

Asesmen diagnostik dirancang untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang individu, membantu dalam perencanaan intervensi yang tepat, dan memberikan dukungan yang sesuai. Ini berbeda dari penilaian biasa yang lebih terbatas dalam tujuan dan ruang lingkupnya.

Semoga penjelasan singkat terkait asesmen diagnostik ini dapat menambah wawasan bagi para guru dan orang tua atau wali murid. (***)