Teknologi Digital dan Pendidikan Indonesia

Agus Wahyudi, S.Sos., M.Pd. – Dosen PGSD, FKIP

WORLD Economic Forum (WEF) telah mendeklarasikan revolusi industri 4.0 sejak 2016, dan berlanjut dengan “Manifesto Davos 2020” yang juga dihadiri Indonesia. Apakah Anda bisa menangkap isu besar dalam pertemuan tersebut?

Dunia telah menetapkan diri untuk melangkah lebih jauh di dalam hampir semua aspek dengan berlandaskan pada teknologi. Namun, apakah sistem pendidikan Indonesia telah siap dengan semua perubahan ini.

Jawabannya sedikit rancu, karena Indonesia bisa dikatakan siap dan juga tidak siap. Hal ini dibuktikan dengan metode pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh secara daring di hampir seluruh sekolah dan universitas.

Agus Wahyudi, S.Sos., M.Pd. – Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Unusa

Secara penguasaan teknologi, anak-anak Indonesia bisa dikatakan sudah cukup siap. Namun, secara sistem dan kultur pendidikan, sama sekali tidak memberikan hasil yang cukup memuaskan.

Banyak siswa dan guru yang mengeluhkan sulitnya memakai platform atau media pembelajaran dengan sistem daring. Bahkan tidak sedikit yang gagal dalam ujian karena koneksi internet tidak stabil.

Infrastruktur pendidikan, itulah kata kunci dan akar masalah yang timbul dalam pembelajaran digital. Hampir seluruh sekolah di Indonesia belum memiliki sistem dan platform teknologi pendidikan yang memadai.

Sejauh ini, komunikasi yang dilakukan oleh guru kepada siswa ketika belajar dari rumah hanya menggunakan aplikasi video conference dan pesan instan. Batasan pada fitur secara umum telah berdampak pada efisiensi dan efektivitas belajar.

Di sisi lain, pemerintah melalui Kemendikbud telah mengakui sangat sulit untuk menemukan platform yang cocok untuk semua sekolah di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, Menteri Pendidikan Nadiem menyarankan kepada sekolah untuk memilih sendiri platform yang dianggap paling cocok. Sekolah diimbau harus lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun metode atau sistem pembelajaran. Namun, kebebasan ini justru menjadi beban bagi sekolah yang tidak familiar dengan teknologi tinggi. Selain itu, dana dan anggaran yang harus disiapkan oleh sekolah tidaklah sedikit. Khususnya tahun ini, dimana ekonomi nasional sedang berjuang untuk keluar dari tekanan resesi global. (***)