Edukasi Kesehatan Mental Untuk Kaum Milenial

Yauwan Tobing Lukiyanto, S.ST., M.T Dosen D-IV Analis Kesehatan, Fakultas Kesehatan

GENERASI milenial merupakan generasi muda dan produktif yang sekarang menempati usia 24-39 tahun. Pada faktanya, generasi milenial rentan mengalami stres karena usia ini sangat dinamis dan sangat mengikuti perubahan.

Generasi milenial dianggap sebagai generasi yang rentan terhadap berbagai gangguan mental. Hal-hal yang menjadi pemicunya pun beragam, mulai dari masalah pekerjaan, uang, hingga masalah percintaan

Generasi milenial kerap disebut dalam berbagai isu dan topik yang tengah berkembang di masyarakat. Sebagai generasi yang didominasi oleh dewasa muda, generasi milenial dikenal sebagai “generasi burnout”, yaitu generasi yang rentan terhadap stres kronis atau berkepanjangan sehingga menyebabkan kelelahan secara mental, emosional, bahkan fisik.

Didukung dengan banyaknya eristiwa-peristiwa yang terjadi saat ini jelas menimbulkan stres bagi banyak orang, tetapi kaum muda benar-benar merasakan dampaknya, terutama masalah-masalah yang mungkin terasa di luar kendali mereka.

Kalangan anak muda kerap mengaku alami krisis mental lantaran semakin pesatnya persaingan di era globalisasi ini. Persaingan tersebut bisa beragam baik itu secara finansial, status sosial, hingga pekerjaan.Hal ini kerap membuat para milenial merasa stres.

Mahasiswa yang baru lulus terkhususnya selama dua tahun terakhir ini merasa kesulitan mendapatkan pekerjaan. Akibatnya, banyak mahasiswa merasakan stres hingga depresi.

Permasalahan Uang menjadi salah satu titik fokus paling umum kekhawatiran generasi milenial. Banyak dari mereka yang kesulitan mencari pekerjaan dan memiliki kekhawatiran serius tentang uang.

Generasi milenial saat ini menghadapi kesulitan keuangan yang bisa dibilang lebih besar daripada generasi sebelumnya. Hampir 30 persen generasi milenial melihat diri mereka kurang sejahtera dari yang mereka perkirakan.

Mereka juga mengalami kesulitan menabung karena gaya hidup dan biaya hidup yang meningkat.Generasi ini juga kerap mengkhawatirkan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya dan tentang membuat pilihan yang tepat untuk memastikan masa depan yang stabil.

Kekhawatiran ini menjadi alasan lainnya mengapa generasi milenial rentan terhadap gangguan mental. Mereka sering kali mengalami kesulitan menentukan satu opsi dan merasa tidak mampu membuat pilihan sama sekali.

Perkembangan dari kesehatan mental seseorang berjalan selaras dengan keadaan individu tersebut. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kesehatan mental dapat menyerang siapa saja tanpa memandang fisik, ras, golongan, umur, dan sebagainya dari penderitanya.

Di Indonesia, masih banyak orang yang menyepelekan kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan hal yang dianggap tabu untuk dibicarakan.

Hal ini menyebabkan banyak sekali orang yang mengalami gangguan mental cenderung menyangkal fakta bahwa dirinya mengalami kesehatan mental dan enggan untuk mencari pertolongan karena takut untuk dianggap “berbeda”. Gangguan mental jika tidak ditangani dengan baik, akan mengakibatkan masalah yang serius.

Media sosial merupakan suatu hal yang identik dengan generasi milenial. Namun, media sosial dapat menjadi sesuatu yang dapat merusak kesehatan mental generasi milenial. Dari media sosial, mereka dapat membandingkan diri mereka dengan orang lain, dapat mendapatkan banyak berita negatif, hingga ujaran kebencian. Hal-hal ini dapat memicu generasi milenial untuk membandingkan diri mereka sendiri, memiliki rasa cemas, stress, hingga depresi.

Perlunya diadakan sharing dan komunikasi bersama dalam sebuah forum sangatlah penting guna meningkatkan semangat diri dan tetap produktif berkarya agar tetap dapat bersaing di era global yang semakin maju dan berkembang agar nantinya tidak tertinggal dan menyebabkan permasalahan dalam kesehatan mental diusia produktif.

Dengan komunikasi dalam forum terbuka sehingga generasi milenial merasa ada sebuah perhatian yang berguna sebagai wadah komunikasi dan motifasi untuk selalu siap meningkatkan kemampuan diri dan mencari solusi jalan keluar ketika memiliki tanda tanda terserang kesehatan mentalnya. (***)