Menjaga Bahasa Indonesia di Tengah Arus Globalisasi

Dalam dua dekade terakhir, kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi berkembang sangat pesat serta tidak dapat dihindari. Hal tersebut berdampak pada perubahan aktivitas manusia sehari-hari, fenomena tersebut biasa dikenal dengan dampak globalisasi.

Tiap individu telah dimudahkan dalam mengakses berbagai informasi maupun peristiwa-peristiwa aktual yang tidak habis dibicarakan ketika berada dalam suatu pertemuan atau perkumpulan. Akan tetapi, di tengah goncangan globalisasi saat ini, tiap warga negara harus tetap menjaga identitas bangsa khususnya Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan, seperti yang telah disebutkan dalam salah satu butir dari sumpah pemuda.

Membahas dampak globalisasi, terdapat pengaruh baik dan buruk yang diberikan. Salah satu dampak baik yakni globalisasi berhasil memberikan akses informasi yang semakin dan mudah, serta penyebarannya telah menjangkau cakupan wilayah yang lebih luas hingga seluruh dunia.

Selain itu, globalisasi juga tidak dapat dipungkiri memicu beberapa hal negatif bagi bangsa Indonesia, salah satunya dampak westernisasi. Fenomena tersebut dinilai semakin mendominasi dan dapat menjadi ancaman membahayakan bagi bangsa, sebab masuknya pengaruh budaya asing mampu menggerus kebanggaan masyarakat terhadap identitas budaya bangsanya sendiri. 

Pengaruh westernisasi semakin terlihat jelas dan cepat penyebaran pengaruhnya melalui teknologi informasi yang telah berkembang semakin canggih. Proses interaksi antar bangsa di dunia melalui pertukaran pelajar atau kunjungan pelajar, wisata keliling dan program lainnya semakin hari semakin meningkat. Sementara, perlindungan terhadap arus pengaruh budaya sangat lemah di masyarakat, sehingga mereka mulai meninggalkan jati dirinya sebagai bangsa yang berbudi luhur, tanpa mengenal batas-batas ajaran agama dan moral budaya. 

Westernisasi semakin tampak nyata terlihat pada identitas berbahasa. Masyarakat saat ini menganggap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam komunikasi sehari-hari dinilai sangat baku dan terkesan tidak gaul. Miris, namun kondisi seperti ini tidak dapat kita tolak kedatangannya.

Belajar dan menguasai banyak bahasa memang dapat membuka banyak peluang di masa depan, namun jangan melengahkan dan memudarkan rasa cinta terhadap bahasa sendiri daripada bahasa asing.

Perubahan era global yang semakin kencang dan tidak dapat dihindari, menuntut bangsa untuk semakin waspada utamanya terhadap dampak globalisasi. Meski kebanyakan masyarakat menganggap bahasa asing lebih modern dan gaul, namun perlu disadari bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa kesatuan ibu pertiwi yang wajib dijunjung tinggi. Kondisi ini juga menjadi pengingat bagi masyarakat utamanya pemuda-pemudi Indonesia bahwa kita perlu mengubah pola pikir untuk semakin menghargai bahasa Indonesia dan bersiap melestarikannya. (***)