Optimalkan Tumbuh Kembang Anak, Unusa Ajari Orangtua Lakukan Pijat Bayi

Surabaya – Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Unusa melakukan pengabdian masyarakat (Pengmas) dalam upaya peningkatan kesehatan anak dan palliative care kepada kader kesehatan Kelurahan Wonokromo. Pengmas yang dibiayai oleh Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi melalui Program Insentif Pemberdayaan Masyarakat Terintegrasi dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berbasis kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU) ini dilaksanakan, Senin (19/12).
Dalam Pengmas ini peserta yang merupakan kader kesehatan juga dilatih ini pengetahuan palliative care tentang penyakit kanker dan diabetes militus. Tujuannya agar kader kesehatan di Kelurahan Wonokromo dapat menangani pasien yang mengalami sakit tersebut.


“Bisa memberikan suport kepada masyarakat yang sakit tersebut agar lebih semangat untuk meningkatkan kualitas hidup sehat dalam menjalani sakitnya,” ungkap ketua tim Pengmas FKK, Dr. Fauziyatun Nisa’, SST., M.Kes.


Nisa’ menjelaskan banyak masyarakat yang mengalami sakit terminal ini sering putus asa dan pasrah dengan penyakitnya. “Dari sini peran Kader Kesehatan bisa menyemangati para penderita sakit tersebut,” tuturnya.


Selain mendapatkan pelatihan palliative care, Kader Kesehatan juga mendapatkan pelatihan pijat bayi. Pelatihan diberikan oleh dosen bersama mahasiswa Unusa. Pelatihan ini menarik minat Kader Kesehatan. Mereka serius memperhatikan sekaligus mempraktikan peragaan yang menggunakan boneka phantom bayi. “Kami memberikan pelatihan ini agar kader bisa melakukan pemijatan bayi. Tujuannya agar kesehatan bayi dan tumbuh kembangnya lebih baik melalui cara pemijatan yang benar,” ujar Nisa’.


Dikatakannya, peran Kader Kesehatan sangat dibutuhkan, karena panjangantangan dari petugas medis yang ada di wilayah tersebut. “Harapannya melalui program pelatihan ini tingkat kesehatan masyarakat di lingkungan Wonokromo lebih sehat,” terangnya.


Wonokromo merupakan wilayah padat penduduk dimana terdapat 42.620 penduduk di Kelurahan Wonokromo dan ada sekitar 1.005 bayi berusia 0-5 tahun tinggal di kelurahan ini. Jumlah balita yang cukup banyak ini perlu mendapatkan perhatian khusus demi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangannya, salah satunya dengan memaksimalkan peran masyarakat khususnya Kader bayi dan balita sebagai perpanjangan tangan tenaga kesehatan.


Upaya yang telah dilakukan sejak tahun 2015 di kelurahan Wonokromo oleh Unusa jelas Nisa’ antara lain membentuk Kelompok Pendukung ASI Eksklusif melalui wadah Kampung ASI Harapan Bangsa yang dijalankan oleh kader ASI, kemudian dikembangkan lagi dengan Rumah ASI dan GARASI (Gerai MP ASI).


“Program ini sukses menjadikan Kelurahan Wonokromo sebagai percontohan bagi kader-kader kelurahan lain di Surabaya. Untuk terus meningkatkan kemampuan kader dalam menggerakkan masyarakat, maka kompetensi kader harus terus ditingkatkan khususnya dalam upaya menoptimalkan tumbuh kembang anak, salah satunya dengan melatih kader untuk mampu melakukan pijat pada bayi dan anak serta membantu para orangtua, sehingga selanjutnya mereka dapat melakukannya sendiri kepada anak-anaknya secara rutin,” kata Dr. Fauziyatun Nisa’, SST., M.Kes., mengungkapkan. (***)