Ganti Pewarnaan eritrosit Gunakan Rhodamin B, Mahasiswa Raih Juara 2 Lomba Karya Ilmiah

Surabaya – Ahmad Jazuly Nabil yang merupakan mahasiswa dari Program Studi (Prodi) D4 Analis Kesehatan Unusa meraih juara dua lomba Karya Ilmiah berupa Naskah Prosiding dan Poster Ilmiah. Lomba tersebut merupakan rangkaian acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XV & Temu Ilmiah XXV Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI) yang diadakan di Medan, 2 hingga 5 Juni 2022 lalu.


Jazuly merasa senang dengan hasil yang diperoleh dirinya dengan meraih juara dua lomba karya ilmiah. Hal ini dikarenakan dirinya mengalami kendala dalam.mengerjakan karya ilmiah tersebut. “Jadi saat mengerjakan itu laptop saya ada masalah yang membuat proses pembuatannya sempat terkendala, ini yang membuat saya bersyukur bisa meraih juara dua,” ucapnya.


Dalam karya ilmiahnya, Jazuly melakukan penelitian Reagen Alternatif rhodamin b sebagai pengganti eosin dalam mewarnai eritrosit. Pewarnaan apusan darah tepi bertujuan untuk memudahkan dalam mengamati morfologi berbagai jenis sel darah secara tepat.

Eosin merupakan zat warna dengan muatan negatif (anion). Zat warna anion akan mewarnai sel yang memiliki muatan positif seperti hemoglobin dalam eritrosit. Rhodamin b memiliki struktur yang sama dengan eosin. Maka berdasarkan permasalahan tersebut peneliti ingin membuat reagen alternatif rhodamin b sebagai pengganti eosin untuk mewarnai eritrosit pada ADT.


Pewarnaan ADT bertujuan untuk memudahkan dalam mengamati morfologi berbagai jenis sel darah secara tepat. Umumnya giemsa digunakan untuk mewarnai ADT (Primasari, 2018). Giemsa memiliki komposisi antara lain eosin, metilin azur dan metilen blue. Eosin merupakan zat warna dengan muatan negatif (anion).


Zat warna anion akan mewarnai sel yang memiliki muatan positif seperti hemoglobin dalam eritrosit (Nugraha, 2017). Rhodamin b memiliki struktur yang sama dengan eosin dan menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2019) bahwa rhodamin b dengan variasi konsentrasi 1,5 persen, 2 persen, dan 2,5 persen dapat digunakan sebagai alternatif dari eosin karena memiliki warna yang sama yaitu merah dan rhodamin b mampu menghasilkan warna yang lebih kontras serta lebih stabil dalam penyimpanan.


Buffer fosfat umumnya digunakan sebagai pelarut eosin, buffer fosfat bersifat isotonis yang berfungsi mempertahankan pH netral larutan serta menjaga kestabilan struktur protein. Dengan demikian Buffer fosfat dapat diusulkan sebagai larutan pelarut dari rhodamin b untuk mewarnai eritrosit pada ADT (Siregar et al., 2019).


Maka berdasarkan permasalahan tersebut peneliti ingin membuat reagen alternatif rhodamin b sebagai pengganti eosin untuk mewarnai eritrosit pada ADT.
Pemeriksaan morfologi eritrosit menggunakan pewarna rhodamin b konsentrasi 1,5%, memiliki hasil yang cukup baik pada populasi normal. Sedangkan pada populasi abnormal, rhodamin b dengan konsentrasi 1,5 persen, 2 persen dan 2,5 persen mampu memberikan hasil yang cukup baik.


Jazuly berharap penelitian ini bisa membantu perkembangan pendidikan sains yang ada di Indonesia terlebih di Unusa. “Jadi bisa membantu untuk pewarnaan eritrosit dengan menggunakan rhodamin b,” terangnya. (humas)