Surabaya – Kejadian pembunuhan balita yang dilakukan remaja perempuan di Jakarta lantaran kerap menonton film horor. Melihat kejadian tersebut, salah satu dosen Ilmu kedokteran jiwa dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menilai perlu adanya pendampingan dari orang tua saat menonton film horor atau film yang berbau sadis.
Dosen Ilmu Kedokteran Jiwa UNUSA, Hafid Algristian, dr., SpKJ menilai jika perlu adanya pendampingan dari orang tua untuk menjadi filter bagi anak. Dengan adanya pendampingan oleh orang tua, akan membuat anak tidak meniru perbuatan yang ada pada film tersebut.
“Adanya filter yang baik ini membuat anak akan mudah membedakan mana tindakan yang tidak boleh dilakukan dan mana yang boleh dilakukan, tapi jika filter itu tidak ada atau pengawasan orang tua tidak dilakukan maka anak akan meniru perbuatan yang ada di film tersebut,” beber Hafid Algristian, dr., SpKJ, Jumat (12/3).
Dengan ada pendampingan ini membuat anak dengan mudah diarahkan jika perbuatan itu dilarang. “Karena anak-anak meniru dan bereksperimen dengan apa yang dia lihat jadi perlu pendampingan ini,” beber Hafid.
Perbuatan yang dilakukan oleh pembunuhan yang terjadi di Jakarta Pusat, Hafid yakin perbuatan yang dilakukan anak tersebut hanya bereksperimen. Ini setelah ada pengakuan tetangga jika anak tersebut melakukan penyiksaan pada hewan seperti katak maupun kucing yang dimiliki.
“Kondisi ini seharusnya peran orang dewasa yang ada di lingkungannya juga harus melarang perbuatan tersebut terlebih orang dewasa ini melihat langsung perbuatan yang dilakukan anak,” beber Hafid.
Namun perbuatan tersebut bisa disembuhkan. Hafid menilai perlu adanya peran keluarga serta orang sekitarnya untuk pencegahan. “Yang pasti mencegah anak ini (red, pelaku pembunuhan) menonton film yang bersifat kejam, setelah itu dialihkan dengan perbuatan yang berprestasi,” ucapnya. (sar/rud humas)