LPKS Unusa Siap Latih Lulusan Perawat agar Bisa Bekerja di Jepang

Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) kini memiliki Lembaga Pelatikan Kerja Swasta (LPKS). LPKS Unusa ini sebuah lembaga yang siap melatih para lulusan perawat dari perguruan tinggi manapun baik dari jenjang D3, S1 dan profesi Ners, khususnya mereka yang ingin bekerja di lembaga kesehatan di Jepang.

Seperti diketahui, Jepang merupakan negara maju yang sanbat membutuhkan banyak tenaga kesehatan khususnya perawat.

Tidak hanya perawat di sebuah lembaga kesehatan formal atau rumah sakit tapi juga yang  bekerja di rumah untuk merawat lansia atau careworker.

Perlu diketahui, di Jepang, jumlah lansia sangat banyak karena kualitas hidup masyarakatnya sangat tinggi, namun para lansia biasa ditinggalkan keluarganya karena sibuk bekerja.

Direktur Utama LPKS Unusa, Dr Ima Nadatien, SKes, MKes mengatakan permintaan Negara Matahari Terbit itu sangat besar terhadap tenaga perawat dari Indonesia khususnya. “Karena selama ini perawat Indonesia dikenal sangat ramah dan telaten. Makanya mereka suka dan mencari banyak lagi tenaga perawat untuk bisa ditempatkan di sana,” ujar Ima, Jumat (13/3/2020).

Namun, Jepang tidak sembarangan menerima perawat untuk bekerja di sana. Pemerintah setempat menetapkan syarat dan kualifikasi tertentu. Sehingga tak mengherankan seleksi untuk bisa bekerja di sana sangat ketat.

“Karenanya, perawat yang mau bekerja di sana bukan hanya mereka yang sudah lulus. Tapi harus memiliki beberapa keahlian lain, termasuk sudah memiliki pengetahuan tentang budaya dan bahasa Jepang,” tambah Ima.

Karena itu, LPKS Unusa didirikan, agar para lulusan perawat Indonesia lebih bisa bersaing dengan negara lain. “Yang mau masuk ke Jepang tidak hanya dari Indonesia tapi dari berbagai negara,” tandasnya.

Sejak Februari lalu, pendaftaran sudah mulai sudah mulai dibuka. Dalam hal ini, pihak pengelola menetapkan jangka waktu pelatihan selama 2,5 bulan atau 350 jam pertemuan mulai Senin hingga Jumat.

Untuk materi pelatihan, kata Ima, adalah bahasa dan budaya Jepang. Juga mereview kompetensi merawat lansia dengan bahasa Jepang yang berorientasi pada budaya Jepang. “Kita akan latih sehingga peserta bisa memperoleh sertifikat Bahasa Jepang setara N5,” tambah Ima.

Ima menjamin para peserta dijamin bisa memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah Jepang karena pengajar-pengajarnya adalah instruktur bahasa Jepang profesional yang sudah memenuhi standar dari Japan Foundation.

Juga dilengkapi dengan instruktur keperawatan Gerontik profesional yang sudah bersertifikat. “Para lulusan harusnya memanfaatkan kesempatan ini,” tukasnya.

Untuk pendaftaran goverment to government (G to G) akan dibuka hingga Mei 2020. Karena seleksi program ini akan digelar pada Juni 2020 untuk diberangkatkan pada 2021. (sar/rud humas)