Turunkan AKI dan AKB, D3 Kebidanan Unusa Datangkan Pakar

Surabaya – Program Studi D3 Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengadakan kuliah pakar bertemakan Percepatan Penurunan AKI dan AKB Melalui Optimalisasi Pemanfaatan Buku KIA. Kegiatan ini menghadirkan Tim Penakib Provinsi Jawa Timur, Dr. Andryansyah Arifin, M.PH.

Tuntutan terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak mutlak dan harus dipenuhi. Filosofi dasarnya adalah, apabila seorang ibu baik dan sehat, sehat pula sang anak. Anak merupakan aset bangsa yang harus dipelihara dan dididik. Sebuah fenomena lagi, sampai saat ini semua sektor pelayanan masih dijadikan komoditas, bukan sebagai aset yang harus dikembangkan.

Dr. Andryansyah Arifin, M.PH. menuturkan Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model masyarakat, sebagai anggota masyarakat, konselor, motivator, dan inovator di daerah terpencil. Tentunya kompetensi seperti ini yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui pendidikan dan pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus dilihat sebagai “main idea” untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan pelayanan kesehatan. Tuntutan profesional diseimbangkan dengan kesejahteraan bidan. 

“Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka Kematian Ibu dan Anak adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan perinatal,” tuturnya saat memberikan materi di Aula Lantai 3 Kampus A Unusa Wonokromo Surabaya, Kamis (5/10).

Lanjut Andryansyah, Dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan kesehatan anak terutama di desa maka tenaga kesehatan (medis) seperti bidan harus menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan lain maupun masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya dalam menolong persalinan dan mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan serta mengembangkan Posyandu.

“Ada 4 T dalam hal pelayanan yang harus diwaspadai oleh tenaga medis khususnya seorang bidan, Terlambat mendeteksi, Terlambat dirujuk, Terlambat di Rumah Sakit, Terlambat ditangani di Rumah Sakit. Selain itu ada 4 T lagi yang harus dipahami oleh bidan, Telalu tua, Terlalu muda, Terlalu sering, Terlalu banyak, dan Terlalu tidak peduli. Itulah beberapa hal yang dapat mempercepat penurunan AKI dan AKB,” ungkap pria yang pernah menjabat di Lisbangkes Kemenkes RI ini.

Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Unusa, Yanis Kartini, S.KM. M.Kep berpesan, dengan adanya kuliah pakar ini dapat meningkatkan wawasan para mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Unusa. “Semoga materi-materi yang telah disampaikan dapat membawa keberkahan dan kemanfaatan bagi kita semua,” tuturnya. (Humas Unusa)