Kisah Anak Penjual Jamu, Tidak Pernah Bayangkan Bisa Lanjut Kuliah Hingga S3

Achmad Syafiuddin S.Si., M.Phil., Ph.D

Surabaya – Achmad Syafiuddin S.Si., M.Phil., Ph.D masih tidak menyangka jika dirinya bisa lulus Program Doktoral. Semua berawal dari beasiswa Bidikmisi tahun 2010 yang merupakan salah satu program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI), Kala itu yang menjabat Mendikbud periode 2009-2014 adalah Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA.

Pria berusia 32 tahun ini menceritakan, jika sejak kelas 4 Sekolah Dasar (SD), bapaknya meninggal dunia. Hal ini membuat ibunya membanting tulang dengan berjualan jamu keliling untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Dulu saya tidak berpikir sama sekali untuk melanjutkan kuliah, karena memang saat itu mau makan saja sulit, jadi mustahil untuk kuliah, apalagi ibu saya harus menghidupi lima orang anaknya,” ungkap pria yang saat ini menjadi dosen Kesehatan Masyarakat Unusa, Rabu (24/2).

Syafiuddin menambahkan, jika tiga orang kakaknya hanya mengenyam bangku pendidikan hingga sekolah dasar. “Dengan kondisi semacam ini, saya sempat tidak memiliki pikiran untuk kuliah, lulus SMA pun itu sudah bagus,” tambahnya.

Pria yang menjabat sebagai Ketua LPPM Unusa ini menceritakan, saat itu dirinya sudah mengetahui adanya beasiswa Bidikmisi dari pemerintah Indonesia. Namun dirinya tidak memiliki komputer, sehingga membuat dirinya tidak mengetahui informasi lebih lanjut. “Alhamdulillah, ada guru di SMA yang ikut membantu saya untuk mendaftar beasiswa ini melalui komputer sekolah,” ungkapnya.

Saat tahu dirinya lolos beasiswa bidikmisi di Institut Pertanian Bogor (IPB), Syafiuddin masih belum mengetahui lokasi kuliahnya dimana. “Bahkan untuk berangkat ke Bogor saja, saya tidak mengetahui lokasinya,” ucapnya.

Selama kuliah IPB, dirinya terus mengasah kemampuan akademiknya, sehingga membuat Syafiuddin lulus sarjana dalam waktu 3,5 tahun. “Saat itu saya kembali dapat kesempatan studi lanjut jenjang Magister di Universiti Teknologi Malaysia (UTM), alhamdulillah saya lulus 1,5 tahun. Dilanjutkan kuliah Doktoral lulus 3 tahun di Universiti Teknologi Malaysia (UTM),” jelasnya.

Saat kuliah S1, tidak membuat dirinya minder karena jalur beasiswa yang dipilihnya adalah bidikmisi. “Alhamdulillah ketika kuliah di IPB, banyak bantuan dari teman dan dosen saat proses memahami perkuliahan,” ungkapnya.

Syafiuddin sangat bersyukur dengan adanya program beasiswa bidikmisi yang dicanangkan oleh Prof. Nuh. “Melalui Program Bidikmisi, sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mengentas kemiskinan, seperti yang saya alami,” bebernya.

Berkat Program Bidikmisi, dirinya bisa menyekolahkan adiknya yang kelima untuk mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan. “Karena memang saat itu saya tidak menyangka jika bisa kuliah dan sekarang saya menjadi dosen,” ungkapnya. (sar humas)