Surabaya – Isu resesi menjadi perbincangan hangat sejak akhir tahun 2022, dimana resesi global diperkirakan akan terjadi pada tahun 2023. Resesi ekonomi secara umum dapat dimaknai sebagai suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan berdasarkan dari produk domestik bruto (PDB).
Selain itu, resesi berdampak juga pada peningkatan pengangguran dan pertumbuhan ekonomi yang bernilai negatif. Hal tersebut menjadi topik menarik yang dibahas pada seminar nasional oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang bertempat di Auditorium lantai 9, Kamis (2/3).
Pada sambutan awal, Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng, mengatakan bahwa kini IT telah menjadi alat untuk transaksi global dan ekonomi dunia telah memasuki pasar bebas, hal tersebut perlu dukungan dari seluruh komponen bangsa termasuk mahasiswa.
“Para pemuda saat ini diwanti-wanti untuk kreatif dalam membangun ekonomi, apalagi perubahan dan kemajuan IT saat ini lebih dipahami oleh masyarakat milenial, manfaatkan serta gunakan IT lebih bijak dan kreatif dalam meningkatkan pertumbuhan dan memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian bangsa,” ucapnya.
Kegiatan seminar nasional ini turut bekerja sama dengan Accounting and Finance Center (AFC) Unusa yang menghadirkan dua narasumber, yakni Zulham Mubarok sebagai Founder Milenial UTAS dan H. Mulyono, S.E., MM sebagai Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (FKIJK).
Menurut Zulham, selama pajak menjadi pilar dalam penerimaan negara, maka perekonomian negara masih aman dan pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih terjadi peningkatan. Resource yang dimiliki Indonesia dinilai kuat dengan berasal dari kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang sebagian besar dinilai tergolong dalam masyarakat produktif.
“Indonesia ini tergolong negara yang memiliki pemasukan kebutuhan organik yang berasal langsung dari Sumber Daya Alam yang melimpah. SDM yang dimiliki juga sangat luar biasa, dengan didominasi para milenial sebesar 79% dan tergolong produktif dan memiliki pemahaman lebih pada pembaharuan teknologi, hal ini dapat membantu perputaran ekonomi bangsa,” tuturnya.
Zulham juga menambahkan, Indonesia saat ini telah menyentuh subsektor industri kreatif yang didorong dan diperkuat dengan kebijakan proteksi guna membangun ekosistem yang sehat, berkelanjutan, dan berkontribusi dalam perekonomian bangsa.
“Dulu beberapa pekerjaan seperti pekerja entertainment atau seniman, tidak diterima untuk mengajukan pinjaman kepada bank, namun sekarang sudah masuk dalam penjaminan perbankan melalui karya kreatif yang diproduksi,” ucapnya.
Senada, Sekretaris FKIJK, Mulyono memberikan pesan kepada para mahasiswa untuk memanfaatkan fungsi media sosial yang dapat digunakan sebagai alat utama dalam membangun dan menjalankan bisnis di era digital ini.
“Anak muda saat ini harus cerdas dalam mengelola keuangan, jika bingung dalam menjalankan perputaran uang tabungan, media sosial saat ini dapat menjadi senjata utama dalam membuka bisnis. Cara awal yang paling mudah adalah coba menjadi reseller pada suatu usaha produksi,” pungkasnya.
Ia juga menyarankan, mahasiswa harus kreatif dalam membuka suatu bisnis, dengan melakukan observasi lingkungan sekitar terhadap peluang usaha besar yang belum banyak dimiliki namun dapat memberikan keuntungan yang besar. “Mulailah suatu bisnis dari apa yang disukai atau diminati. Jangan mudah terbawa arus viral agar tidak mudah bubar ditinggal zaman. Dan ubahlah sesuatu yang konvensional menjadi digital dengan hubungkan pada media sosial,” pesannya. (Humas Unusa)