Aktif Jadi Relawan, Mimpikan Menjadi Dokter Sejak Kecil

LEMBUT dan tenang. Begitulah perangai Dika Maulidya Sari, salah satu mahasiswa Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang melakukan pengambilan sumpah dokter pada Kamis (20/2). Gadis yang akrab disapa Lidya ini menuturkan jika masuk kedokteran memang mimpinya sejak kecil.

“Tapi waktu SMA (Sekolah Menengah Atas, red) mulai kepikiran, bisa nggak ya masuk kedokteran? Entah itu kemampuan saya maupun biayanya,” ujar Lidya.

Meskipun begitu, dirinya tetap yakin dan memutuskan untuk mengikuti kata hatinya. Baginya bukan hanya usaha seperti belajar dengan tekun serta berdoa, kepercayaan diri juga jadi rahasianya. Lantaran itu bentuk ketulusan untuk diri sendiri. Bisa dibilang Lidya sudah berjodoh dengan kedokteran Unusa. “Dari awal saya udah daftar dan masuk (lolos, red) sebelum pengumuman SNMPTN (SNBP, red),” tutur perempuan asal Sidoarjo itu.

Gadis 27 tahun itu mengatakan menempuh pendidikan di Unusa sudah menjadi takdir Allah untuknya. Pasalnya, ternyata dirinya tidak lolos SNMPTN, begitu pula dengan SBMPTN. “Orang tua bilang juga, udah di Unusa aja. Karena memang inginnya saya di Unusa saja,” imbuhnya.

Hal ini karena keluarganya yang juga aktif dalam organisasi dan kegiatan-kegiatan di NU. Keputusan Lidya menjadi dokter juga didukung penuh orang tua. “Ayah-ibu kebetulan lulusan SMA, pingin kalau pendidikan anaknya itu tinggi,” ujarnya.

Baginya berkuliah di Unusa banyak hal baik yang dia dapatkan. Seperti bisa dibimbing langsung oleh spesialis, yang mana itu belum tentu bisa didapatkan di kampus lain. Kampusnya Islami, lingkungan pertemanan saling mendukung, juga fasilitasnya. “Meskipun kadang merasa berkecil hati karena ini kampus swasta, tapi ternyata di sini banyak hal yang tidak sesempit itu,” ungkapnya. 

Semasa perkuliahan dan koas dirinya termasuk mahasiswa yang aktif dalam kepanitiaan. Seperti kepesertaannya dalam Tim Bantuan Medis (TMB) Fakultas Kedokteran, mengikuti kegiatan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di rumahnya, serta beberapa kegiatan relawan lainnya. “Tahun 2017 itu saya mulai aktif untuk kegiatan volunteer, pertama kali itu di Pasuruan,” ungkap Lidya.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini menambahkan, kegiatan relawan terakhir yang dia ikuti yakni ke Sumba Timur selama kurang lebih satu minggu. Volunteering Nasional NGO ini melakukan seleksi bagi yang akan diberangkatkan, dari ribuan pendaftar hanya ada 60 orang yang lolos. Di sana dia bersama tim melakukan penyuluhan, medical checkup, hingga home visit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

“Karena saya ada di divisi kesehatan, saya fokus ke program kesehatan, tapi pada dasarnya ada beberapa divisi lainnya juga,” terangnya.  (Humas Unusa)