APA jadinya jika saudara kembar menjalani koas bersamaan? Inilah yang dialami Vera Saskia Prima Salsabila bersama kembarannya Vena Saskia Prima Saffanah. Ada cerita menarik diungkapkan Vera Saskia Prima Salsabila, yang dilantik dan diambil sumpahnya pada Selasa (27/2).
Selama menjalani profesi dokter, mereka kerap beberapa kali mendapat jadwal koas di hari yang sama maupun di stase yang berdekatan dengan kembarannya. Selama menjalani koas bareng, ada keuntungan dan kekurangan tersendiri bagi wanita kelahiran Sidoarjo, 1 November 1998 ini.
“Nggak jarang juga beberapa dokter itu salah kira, kadang saya dikira Vena padahal baru jaga hari itu, pun sebaliknya. Tapi kami juga saling bantu atau kadang saling nemenin waktu visit pasien atau pemeriksaan, kalau lagi jaga bareng itu ada semangat tersendiri karena partnernya juga enak,” tukasnya.
Kisah mereka tidak hanya menyoroti aspek profesionalisme di dunia medis, tetapi juga memperlihatkan kehangatan dan kerjasama yang terjalin. Menjalani koas bersama dengan kembaran tentu membawa dinamika tersendiri. Dalam setiap tantangan yang dihadapi, Vera melihatnya sebagai peluang untuk saling bantu dan mendukung.
“Pernah juga waktu saya stase pediatri, kembaran saya stase saraf, jadi saya nemenin dia visite pasien juga, karena saya sudah pernah stase saraf. Kalau yang waktu saya stase saraf, waktu itu saya belum pernah stase interna, saya nemenin dia stase interna, jadi bisa belajar buat persiapan stase interna saya hehe,” cerita Vera.
Vera mengungkapkan, saat di bangku TK, SD, dan SMA, keduanya bersekolah di tempat yang sama. Hanya SMP yang berbeda lokasi. Vera dan Vena juga memiliki ketertarikan pada bidang ilmu yang sama, kedokteran. Namun, saat melanjutkan ke studi profesi, mereka memiliki minat ke stase atau pendidikan spesialis yang berbeda.
“Walaupun kita sama-sama ingin jadi dokter, tapi selama koas ini, kita punya minat di bidang kesehatan yang berbeda. Vena minat di mata, saya minatnya di THT. Tapi saya memilih THT juga karena masih saling berkaitan dan berdekatan dengan bidang yang Vena pilih hehe,” ujarnya.
Vera mengaku sang ayah Drs. Ika Yulis dan ibu Faidatul Himmah bukanlah tenaga kesehatan, namun terdapat beberapa anggota keluarga besarnya menjadi dokter. Keinginan keduanya untuk menjadi dokter adalah cita-cita sejak kecil dan juga support secara penuh kedua orang tua.
“Walaupun saat profesi dokter ini kami seringkali kekurangan tidur, tapi ini merupakan cita-cita kami sejak kecil. Tapi dari situ kami juga belajar disiplin dan mengatur waktu,” ujarnya.
Vera berharap, ke depan, setelah lulus ia dan sadara kembarnya Vena Saskia Prima Saffanah, bisa terlibat dalam memberikan kontribusi penanganan kesehatan di Indonesia. (Humas Unusa)