Minyak Atsiri Serai Bantu Redakan Nyeri Kepala dan Hipertensi

Siti Damawiyah, S.Kep, Ns, M.Kep. – Dosen Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan (FKK)

ISTILAH “silent killer” sering digunakan untuk menggambarkan hipertensi. Karena banyak orang yang menderita hipertensi tidak memahami bahwa jenis penyakit hipertensi ini tanda dan gejalanya tidak terlihat kecuali dari hasil pengukuran tekanan darah.

Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari normal, yaitu dengan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Hipertensi adalah suatu penyakit yang tidak menular, tetapi memang terjadi pada banyak orang, terutama hipertensi pada lansia yang merupakan kejadian hipertensi paling tinggi. Salah satu hal yang menjadi penyebab hipertensi adalah dari pola makan yang berhubungan dengan kebiasaan orang tersebut setiap harinya.

Kebanyakan penyebab hipertensi yang ditemui saat ini merupakan gaya hidup yang tidak sehat seperti terjadinya perubahan pola makan serba instan dengan komposisi diantaranya terlalu banyak protein, tinggi kalori, gula, rendah serat dan tinggi lemak dapat menimbulkan ketidakseimbangan konsumsi gizi.

Menurut data WHO dalam Kartika et al., 2021 sekitar 1,13 juta orang di dunia menderita hipertensi, dengan satu dari setiap tiga orang di dunia di diagnosis dengan kondisi tersebut. Prevalensi hipertensi diperkirakan akan meningkat dua kali lipat, pada tahun 2025 dengan 1,5 juta orang menderita hipertensi dan 10,44 juta orang meninggal dunia karena hipertensi dan komplikasi.

Menurut laporan Riskesdas Maret 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1% dengan yang tertinggi berada di provinsi Kalimantan Selatan ,1% dan Papua sebesar 22,2%.

Jumlah penderita hipertensi di Indonesia adalah 63.309.620, sedangkan jumlah penderita kematian karena hipertensi adalah 427.218 (0,7)%. Prevalensi hipertensi di Jawa Timur sebesar 26,2%, dan pravalensi hipertensi pada umur ≥75 tahun sebanyak 62,4%. Prevalensi hipertensi di Surabaya mencapai 22,0% (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2020).

Faktor-faktor yang bisa menaikkan risiko hipertensi antara lain karakteristik individu (usia, jenis kelamin, riwayat penyakit hipertensi), pola makan (kebiasaan konsumsi lemak, natrium dan kalium), serta gaya hidup (kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stress, konsumsi kopi, dan aktivitas fisik). Faktor terpenting yang dapat mempengaruhi kesehatan lansia adalah dari perilaku pola makan. Meningkatnya tekanan darah pada pasien hipertensi dapat disebabkan karena kesalahan perilaku pada pola makannya, seperti makanan dalam bentuk siap saji, makanan yang mengandung pengawet, mengkonsumsi makanan yang mengandung garam atau natrium, makan-makanan yang berlemak.

Konsumsi makanan yang asin dapat menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi karena natrium (Na) mempunyai sifat mengikat banyak air, maka makin tinggi natrium dapat membuat volume darah meningkat.

Kurang mengkonsumsi sumber makanan yang kandungannya kalium (K) atau kurang serat akan mengakibatkan terjadinya jumlah natrium menumpuk dan akan terjadi meningkatnya resiko hipertensi karena ada tekanan yang terjadi pada detak jantung. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam tubuh dan jika peningkatan tekanan darah tinggi ini diabaikan dapat mengganggu sistem organ lain terutama pada organ vital seperti jantung dan ginjal.

Faktor makanan dan gaya hidup modern yang berkontribusi utama sebagai penyebab hipertensi, yaitu seperti makanan yang menggunakan natrium tinggi, malas beraktivitas, dan mengkonsumsi makanan serba instan. Peningkatan kadar lemak di dalam tubuh menyebabkan jumlah asupan lemak menjadi berlebih, sehingga memicu peningkatan volume tekanan dalam darah, dan dapat mengakibat peningkatan berat badan.

Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari seluruh lapisan masyarakat karena dapat menimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang (Ismarina dkk, 2015). Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang sering diderita orang lanjut usia. Lanjut usia penderita hipertensi sebagai populasi yang rentan sebaiknya diberikan penanganan khusus yang ditujukan untuk mengendalikan hipertensi agar tetap sehat dan aktif.

Nyeri kepala merupakan gejala umum yang sering dialami hampir semua orang yang menderita hipertensi. Penanganan penderita nyeri pada kepala difokuskan pada mengontrol rasa sakit, mengurangi kerusakan pembuluh darah dan meningkatkan atau mempertahankan fungsi dan kualitas hidup.

Penanganan untuk hipertensi meliputi terapi farmakologis dan terapi nonfarmakologis. Manajemen nyeri nonfarmakologis merupakan tindakan menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakologis. Manajemen nyeri nonfarmakologis merupakan tindakan independen dari seorang dalam mengatasi respon nyeri klien.

Manajemen nyeri nonfarmakologis sangat beragam salah satunya adalah pemberian terapi masase punggung (Slow Stroke Back Massage). Slow Stroke Back Massage adalah stimulus kutaneus yang dilakukan dengan beberapa pendekatan salah satu metode dilakukan dengan mengusap kulit klien secara berlahan dan berirama dengan tangan dengan kecepatan 20x usapan selama 10-15 menit. Penggunaan SSBM yang benar dapat mengurangi persepsi nyeri yang dapat membantu mengurangi ketegangan otot penyebab nyeri. Tindakan massage punggung dengan usapan perlahan pada klien terbukti dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik .

Minyak serai adalah bahan alami populer yang sering digunakan untuk memijat, apalagi aromanya bisa membuat rileks. Ternyata, efek minyak serai yang digunakan untuk memijat ini dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Dalam sebuah riset, para peneliti melihat perbedaan tekanan darah dan denyut nadi dari responden yang merasakan pemijatan menggunakan minyak serai.

Minyak serai mempunyai efek yang menenangkan sistem saraf. Aroma minyak serai mampu mencegah sakit kepala. Komponen eugenol dalam minyak serai memiliki kemampuan yang sama seperti aspirin. Eugenol yang dikandung minyak serai bisa mencegah trombosit menggumpal.

Tidak hanya itu, eugenol juga bisa membantu tubuh untuk melepaskan hormon kebahagiaan, serotonin. Pemberian terapi Slow Stroke Back Massage dengan minyak serai sangat berguna untuk menurunkan nyeri kepala dan juga menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. (***)

Siti Damawiyah, S.Kep, Ns, M.Kep. – Dosen Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan (FKK)