Aplikasi Uji Tes Kebohongan

Firman Yudianto, ST, MT – Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Teknologi Digital (FEBTD)

PENDETEKSI kebohongan kini tak hanya lagi milik polisi atau detektif. Orang awam, pun bisa mengetahui kebohongan seseorang bermodalkan smartphone.

Kuncinya ada pada aplikasi smartphone yang diklaim bisa digunakan semua kalangan mulai dari orangtua, guru, teman kencan, dan sebagainya. Seperti dikutip dari penelitian yang saya lakukan, aplikasi tersebut bisa mengukur tingkat peredaran darah dan raut wajah untuk mengetahui apakah seseorang berbohong atau jujur.

Orangtua bisa menggunakannya untuk mengecek kejujuran/kebohongan anak-anak mereka. Sementara para guru di sekolah juga bisa mengetahui apakah anak didiknya berkata jujur.

Aplikasi dikembangkan oleh perusahaan startup NuraLogix asal Toronto. Pendeteksi kebohongan ini menggunakan perangkat lunak yang disebut Transdermal Optical Imaging.

Perangkat bekerja dengan mendeteksi aliran darah pada wajah. Setiap emosi yang dirasakan manusia, akan menghasilkan pola aliran darah yang berbeda entah itu senang, takut, marah, sedih atau gugup.

Aliran darah tersebut tidak dapat dikontrol manusia sehingga ketika terjadi perubahan pola, bisa terlihat apakah seseorang berbohong atau tidak. Menggunakan rekaman dari kamera smartphone, perangkat ini akan mendeteksi adanya perubahan pada warna kulit dan membandingkannya ketika emosi seseorang berada pada kondisi ‘normal’ atau stabil.

Menurut pakar syaraf Kang Lee, alat pendeteksi ini bisa cukup berguna terutama bagi para guru.
“Bisa sangat berguna, contohnya, untuk para guru. Banyak murid yang merasa gelisah dengan pelajaran matematika tapi mereka tidak mau memberitahukannya, karena itu memalukan,” katanya.

Meskipun bisa membantu proses belajar mengajar, aplikasi ini sepertinya hanya diperuntukkan bagi kalangan awam. Bukan professional. teknologi perangkat lunak yang ditanamkan dalam aplikasi tidak bisa menggantikan alat pendeteksi kebohongan yang biasa digunakan di pengadilan atau penyidikan.

Menurutnya akurasi pada pendeteksi konvensional jauh lebih tinggi karena lebih banyak elemen yang diteliti. Bukan sekadar melihat pola aliran darah lewat wajah. “(Di pengadilan) akurasinya harus sangat tinggi, seperti tes genetik, jadi kemungkinan terjadi error hanya satu banding seribu,” ujar pria yang telah meneliti tentang syaraf sejak 20 tahun lalu ini.

Aplikasi belum tersedia di Appstore maupun Googlestore. Kebanyakan aplikasi yang sudah launching di Appstore hanya dibuat untuk hiburan, kemungkinan masih perlu pengembangan beberapa tahun lagi sebelum bisa digunakan konsumen. Saat Anda berbohong, terdapat gerakan-gerakan mikro pada anggota tubuh yang Anda tidak sadari.

Saat ini, para ilmuwan telah mengembangkan sistem artificial intelligence (AI) yang dapat mendeteksi ekspresi mikro serta mendeteksi kebohongan dan ini dinilai sudah ‘lebih baik secara signifikan’ daripada manusia. Para peneliti berharap sistem tersebut bisa segera digunakan di ruang sidang untuk mengetahui apakah orang-orang mengatakan hal yang jujur.

Mereka kemudian memberikan tugas yang sama kepada manusia, yang hanya mampu menangkap 81% ekspresi mikro dari video tersebut. Hasil penelitian menunjukkan, AI memiliki kemampuan lebih baik dari pada manusia untuk mengetahui kebohongan.

“Sistem penglihatan kami, yang menggunakan fitur visual tingkat tinggi dan rendah, secara signifikan lebih baik dalam mendeteksi tipuan dibandingkan dengan manusia,” kata para peneliti. Mereka menyampaikan, sistem ini bisa lebih efektif lagi jika AI diberikan informasi lebih lanjut. Ketika informasi komplementer dari audio dan transkrip tersedia, deteksi tersebut dapat bekerja lebih baik.

Poligraf biasa disebut life detector adalah alat yang memantau reaksi visiologi seseorang. Faktanya alat ini tidak sepenuhnya bisa mendeteksi kebohongan secara langsung, melainkan mendeteksi tanda-tanda bahwa seseorang dapat melakukan penipuan kepada pewawancara.

Informasi itu kemudian digunakan bersama segala sesuatu yang diketahui tentang orang tersebut untuk membentuk gambaran yang lebih jelas, apakah mereka jujur atau berbohong. Alat pendeteksi kebohongan ini biasa dipakai oleh Badan Intelejen, kepolisian, dan lembaga penegakan hukum lainnya. Poligraf modern mengukur berbagai perubahan fisik seperti denyut nadi dan pernapasan serta tekanan darah.

Aplikasi tes kebohongan ini yang akan selalu dikembangkan di setiap tahunnya, belajarlah kita untuk berkata jujur dari ucapan dan tindakan kita. (***)