Cicilia, Lulusan PPG Unusa, Bangga dan Senang, Tanpa Diskriminasi

CICILIA Novita Dewi, peserta Pelantikan dan Sumpah Profesi PPG dari Unusa, dengan bangga membagikan pengalamannya dalam menempuh pendidikan di institusi tersebut.

Menariknya, Dewi yang beragama Katolik ini memiliki pandangan yang sangat positif terhadap pengalamannya di Unusa, meskipun sebagian besar mahasiswanya beragama Islam.

Saat mengetahui informasi penempatan PPG di Unusa, ia tidak ragu-ragu untuk melanjutkan studinya di sana. Keputusannya ini didorong oleh pencapaian-pencapaian Unusa yang telah diperolehnya melalui media sosial.

“Awal tahu penempatan PPG di Unusa saya melihatnya sebagai sebuah panggilan untuk berada di lingkungan kampus yang memiliki mayoritas mahasiswa beragama Islam. Dan saya juga tidak merasakan kekhawatiran apa pun terkait perbedaan agama selama menjalani studi,” ungkapnya.

Selama kuliah di Unusa, Dewi menyatakan bahwa ia bahkan ikut belajar agama Islam. Hal ini menjadi suatu pengalaman yang membantu Dewi untuk lebih memahami ajaran agama Islam dan nilai-nilai universal seperti cinta kasih. Keputusan Dewi untuk memperdalam pemahamannya terhadap agama Islam menunjukkan sikap terbuka dan toleransi yang patut diapresiasi.

“Saya merasa ada kebanggan tersendiri dan senang dapat berkuliah di Unusa tanpa mengalami diskriminasi, selama menjalani perkuliahan saya juga didukung penuh oleh para dosen,” ungkapnya.

Diceritakannya pula, saat menjalani studi pendidikan profesi guru memberikan gambaran luar biasa tentang ketekunan dan semangatnya dalam menghadapi tantangan. Pada saat itu, Cicilia tidak hanya menghadapi tugas dan tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa PPG, tetapi juga berjuang melalui masa kehamilan yang tentu saja membawa sejumlah tantangan tersendiri.

Menjalani studi pendidikan sambil hamil adalah ujian besar bagi siapapun, namun, kegigihan Cicilia dalam tetap mengajar dan memberikan dampak positif pada murid-muridnya mencerminkan ketulusan dan dedikasi yang luar biasa.

Keberanian Cicilia untuk tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang guru, bahkan dalam kondisi yang tidak mudah, menggambarkan semangat sejati seorang pendidik yang berkomitmen tinggi terhadap profesi dan murid-muridnya.

“Menjalani studi PPG saat itu, posisi saya juga sedang hamil, jadi saya harus pintar-pintar juga membagi waktu dan menjaga kondisi kesehatan saat mengajar dan studi, tapi yang menjadi motivasi saya selama itu adalah ingin memberikan dedikasi untuk anak didik saya di sekolah,” ujar Wanita kelahiran Jember itu.

Penting untuk diakui bahwa perjuangan Cicilia tidak hanya menunjukkan keberanian pribadinya, tetapi juga memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya memberikan dampak positif dalam lingkungan pendidikan.

Meskipun dihadapkan pada kondisi yang tidak biasa, Cicilia tetap fokus pada misinya untuk memberikan ilmu dan memotivasi anak didiknya. Hal ini mengingatkan kita bahwa semangat sejati seorang guru tidak hanya muncul dalam kondisi ideal, tetapi juga dalam kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi hambatan-hambatan yang datang. (Humas Unusa)