NOLA Karlina merupakan salah satu peserta yang dilantik dan diambil sumpahnya pada Sabtu (9/12) pagi. Ia merupakan peserta dari Sumatera Barat, yang menghadapi berbagai rintangan sepanjang perjalanan pendidikannya pada studi Profesi Pendidikan Guru (PPG) yang ditempuh di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).
Ibu dari dua anak itu memiliki tekad kuat untuk memantapkan diri sebagai guru profesional yang mampu memberikan pendidikan berkualitas kepada murid-muridnya.
Melanjutkan studi di Unusa tidak ada dalam pandangan seorang Nola. Saat lolos dan mendapatkan penempatan untuk studi PPG di Unusa, ia langsung mencari tahu universitas yang akan menjadi tujuannya tersebut.
“Awalnya saya belum tahu Unusa dan tidak ada pikiran bakal melanjutkan studi di universitas yang ada di Surabaya, saat saya diterima akhirnya langsung mencari tahu di media sosial, dan sangat terkesan dengan pencapaian Unusa sebagai universitas yang umurnya masih sangat muda, dan dari situ hati saya terketuk dan memantapkan diri,” ungkapnya.
Diceritakannya, saat masa studi, ia pernah mengalami kesulitan saat tidak lulus dalam ujian retaker. “Saat tidak lulus retaker, saya sempat putus asa, tetapi dukungan dari para dosen membuat saya percaya bahwa setiap rintangan memiliki solusinya. Mereka tidak hanya menjadi pengajar tetapi juga pembimbing yang memberikan motivasi saya agar tetap berjuang dan berkembang,” ungkap perempuan asal Kota Padang, Sumatera Barat itu.
Keyakinan bahwa setiap rintangan memiliki solusi menjadi semacam pendorong yang membantu Nola melihat masa depannya dengan optimisme.
Salah satu momen paling berkesan dalam kisahnya adalah ketika seorang teman seangkatannya memberikan solusi untuk mengikuti bimbingan belajar (bimbel) sebelum ujian retaker. Keputusannya untuk mengikuti saran tersebut pada akhirnya menjadi langkah penting yang mengarah pada kesuksesannya.
“Saya sempat diberi solusi oleh salah satu teman seangkatan untuk akhirnya mengikuti bimbingan belajar (bimbel), dan alhamdulillah, pada retaker ke-6, saya berhasil lulus. Itu adalah momen yang tak terlupakan,” ujarnya.
Uji retaker keenam menjadi saksi dari perjuangan kerasnya sekaligus rasa syukur bagi perempuan kelahiran Kotabaru, 6 November 1992 itu. Kesuksesannya tidak hanya menjadi angka atau capaian akademis semata, tetapi juga menjadi simbol pertumbuhan pribadi yang luar biasa.
“Keputusan saya melanjutkan studi PPG di Unusa ini dan perjuangan yang saya lewati hingga bisa berhasil dilantik dan ikut sumpah profesi menjadi harapan bagi saya semoga semua perjuangan menjadi keberkahan untuk keluarga dan sekaligus anak-anak didik saya,” tukasnya. (Humas Unusa)