Surabaya – Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) masih memiliki masa depan yang cerah. Salah satunya dengan memberdayakan mereka untuk produktif dan menghasilkan uang.
Itulah yang dilakukan tiga dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yakni dr Hafid Algristian (Fakultas Kedokteran), Khamida (Fakultas Keperawatan dan Kebidanan) dan Fifi Khoirul Fitriah (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Mereka melakukan pemberdayaan pada ODGJ di Gresik dengan dipusatkan di Kelurahan Telogo Pojok, Kecamatan Gresik, Kebupaten Gresik.
Selama dua bulan sejak Agustus hingga awal November 2023 mendatang, ketiganya memberikan pendampingan pada 10 ODGJ dengan berbagai tingkatan mulai ringan hingga berat.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini terselenggara dengan bantuan hibah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Pendampingan itu dengan memberikan pelatihan membuat telor asin dan jajanan kue talam.
“Kenapa harus kuliner? Karena di Gresik itu banyak sekali pusat kuliner yang membutuhkan telor asin dan jajanan,” kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Unusa, dr Hafidz.
Dokter Hafidz mengaku selama beberapa kali pertemuan itu, ternyata ODGJ itu bisa melakukan kegiatan memasak layaknya orang normal. Dan hasil masakannya sama bahkan lebih enak. “Sudah banyak yang repeat order telor asin,” tambahnya.
Selama ini banyak sekali stigma di masyarakat bahwa ODGJ sudah tidak memiliki masa depan. Padahal jika mereka diberdayakan maka akan bisa kembali normal seperti sedia kala.
“Mereka tidak bisa dibiarkan tanpa kegiatan. Karena kalau nganggur mama pikirannya sudah ke mana-mana. Makanya harus diberi kesibukan. Mereka walau sudah keluar dari rumah sakit belum bisa apa-apa kalau tidak diarahkan. Makanya dengan diarahkan, dilatih, mereka akan produktif dan Insya Alloh bisa sembuh,” jelasnya.
ODGJ yang diberi pelatihan ini kata dr Hafidz adalah double minority yakni dengan gangguan jiwa dan dhuaffa.
Sehingga kata dr Hafidz, mereka memang perlu untuk dilatih keterampilan agar bisa kembali ke masyarakat. “Dukungan keluarga dan masyarakat itu penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri pasien kembali. Untuk bisa percaya diri ya harus diberdayakan,” tandasnya.
Karena ODGJ setelah keluar dari rumah sakit, biasanya itu sevata kondisi dan gejala memang belum stabil ditambah lingkungan belum menerima. Sehingga hal itu yang membuat para pasien kembali kambuh.
Diakui dr Hafidz, dipilihnya Gresik sebagai pusat pelatihan ini karena selama ini dia mendapatkan data dari Puskesmas setempat ada banyak pasien ODGJ. Apalagi dr Hafidz selain menjadi dosen di FK Unusa juga sebagai tenaga kesehatan di Kawasan Gresik. Sehingga dia banyak melakukan kunjungan rumah terhadap pasien ODGJ.
“Sehingga saya bisa menganalisa apa yang mereka butuhkan. Ya akhirnya tercetus untuk memberdayakan mereka dengan memberi pelatihan membuat telor asin dan kue talam itu,” tukasnya.
Diharapkan setelah pelatihan ini selesai, ODGJ tetap produktif dan terus berkarya dengan dibantu lingkungan sekitar untuk memasarkan produknya. (***)