Sidoarjo – Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melakukan pengabdian masyarakat di Ponpes Sabilunnajah, Prambon, Sidoarjo, beberapa waktu lalu.
Lima dosen dari Fakultas Kesehatan yakni Satriya Wijaya, Novera Herdiani, Yauwan Tobing Lukiyono, Edza Aria Wikurendra dan Herdiantri Sufriyana memberikan edukasi dengan memberdayakan santri di ponpes itu agar bisa mewujudkan Pesantren Sehat.
Ketua Tim Pengmas, Satriya Wijaya mengatakan edukasi di pondok pesantren ini sangat penting. Karena pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai fungsi ganda, sebagai lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan pengetahuan dan penalaran, keterampilan dan kepribadian kelompok usia muda dan merupakan sumber referensi tata-nilai Islami bagi masyarakat sekitar.
Karena itu sebagai lembaga pendidikan yang juga mengajarkan tentang pentingnya aspek kebersihan dikarenakan kebersihan adalah sebagian dari iman. Para pelajar di pondok pesantren atau santri, biasanya dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka serta ditempatkan pada sebuah asrama.
Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan hubungan dengan kiai dan juga Tuhan, selain untuk melatih mereka agar dapat hidup mandiri dan sederhana. Selama tinggal berpisah dengan orang tua maka santri akan tinggal bersama-sama dengan teman-teman dalam satu asrama. Tidak memandang kaya, miskin, kota atau dari desa, semua berkumpul menjadi satu, tidur di tempat yang sama, serta makan makanan yang sama.
“Dalam kehidupan berkelompok seperti ini seringkali kita temukan berbagai permasalahan di kalangan santri misalnya masalah yang berhubungan dengan perilaku kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan di pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri,” ujarnya.
Memang sebagian besar pondok pesantren modern memiliki fasilitas yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan para santrinya. Dalam implementasi proses belajar mengajar, metodologi penerapan kurikulum melibatkan perangkat modern dan mengajarkan sejumlah keterampilan pengetahuan umum lainnya, terutama yang berhubungan dengan kesehatan.
Pada umumnya pondok pesantren modern telah memiliki Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN) untuk mewujudkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga pondok pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dengan pembinaan puskesmas setempat.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari, santri pondok pesantren modern cenderung mengarah pada kesehatan yang lebih baik, seperti dalam penggunaan air bersih, tempat MCK, fasilitas pencucian pakaian (laundry), makanan dan minuman yang mereka konsumsi.
Pondok Pesantren Sabilunnajah merupakan Ponpes yang letaknya di wilayah Desa Watutulis Kecamatan Prambon Sidoarjo yang mempunyai jumlah santri yang cukup banyak setiap tahunnya.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan tim pengabdian masyarakat, bahwasanya kebiasaan santri yang kurang baik banyak ditemukan di pondok pesantren ini. Seperti menggantung pakaian di kamar, makan bersama dalam satu wadah, menumpuknya pakaian kotor, meletakkan sepatu bukan pada tempatnya dan saling bertukar pakai benda pribadi, seperti sisir, sarung, baju, celana dan handuk. Hal tersebut rentan terhadap timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit menular.
“Penyakit yang sering terjadi di kalangan santri yaitu penyakit kulit, misalnya penyakit scabies, serta ada beberapa penyakit lainnya misalnya bisul, gatal-gatal, panu, kutu air, diare, sakit mata dan lain-lain,” tutur Satriya.
Berdasarkan hasil analisis situasi dan diskusi dengan pihak mitra, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi Ponpes Sabilunnajah kurangnya pengetahuan warga ponpes tentang cara pencegahan penyakit menular yang tepat dan efektif khususnya penyakit kulit.
Kesadaran akan berperilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah dan belum pernah dilakukan penyuluhan terkait pentingnya PHBS, pentingnya asupan nutrisi gizi seimbang dan pemberdayaan kader-kader santri dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan warga santri.
Belum pernah ada penyuluhan tentang pemberdayaan santri, sehingga skill keberdayaan santri dalam meningkatkan derajat kesehatan warga pesantren belum terbentuk. Belum tersedia sarana prasarana kesehatan dasar seperti kotak Obat P3K dan perlengkapan obat lainnya.
Berdasarkan analisis situasi dan hasil diskusi dengan pihak mitra, permasalahan mitra yang saat ini dihadapi oleh Ponpes Sabilunnajah adalah sebagai berikut: kurangnya pengetahuan warga Ponpes tentang cara pencegahan penyakit menular yang tepat dan efektif khususnya penyakit kulit.
Kesadaran santri akan berperilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah dan belum pernah dilakukan penyuluhan tentang pentingnya PHBS, pentingnya asupan nutrisi gizi seimbang dan pemberdayaan kader-kader santri dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan warga santri.
Belum pernah ada penyuluhan tentang pemberdayaan santri, sehingga skill keberdayaan santri dalam meningkatkan derajat kesehatan warga pesantren belum terbentuk.
Belum tersedia sarana prasarana kesehatan dasar seperti kotak Obat P3K dan beserta isinya (obat-obatan standar P3K). “Kita mencoba untuk mengedukasi agar santi memiliki kepedulian akan hal itu sehingga tercipta lingkungan yang sehat di pondok,” tukas Satriya. (***)