Surabaya – Himpunan Mahasiswa Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (HIMA K3 Unusa) menyelenggarakan pelatihan tanggap darurat bencana kebakaran pada warga RW 01, Kelurahan Tanjung Perak Surabaya (26/09). Pelatihan ini dilakukan mahasiswa setelah lolos Program Pemberdayaan Masyarakat Desa (P2MD) yang diselenggararakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) tahun 2023.
Selain dihadiri oleh perangkat desa dan warga desa, pelatihan ini juga dihadiri oleh dosen pembimbing tim HIMA K3 Unusa, Ibu Merry Sunaryo, S.KM., M.KKK. Ia menyampaikan bahwa program studi D4 K3 sangat mendukung penuh terhadap program ini.
Sebelum mahasiswa merealisasikan pelatihan kepada warga, dosen pembimbing memberikan pengarahan dan masukan mengenai simulasi yang dilakukan mahasiswa, sehingga kemudian dapat diberikan kepada warga Kelurahan Tanjung Perak Surabaya.
Program pelatihan tanggap darurat bencana kebakaran ini memiliki dua cabang program, yakni pelatihan memadamkan api menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan Alat Pemadam Tradisional (APT), serta simulasi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
Ketua tim HIMA K3 Unusa, Krisna Dwi Cahya, memberi komentar ”Kami bermaksud mengedukasi warga bahwasannya pemadaman api menggunakan APAR dan APT dilakukan hanya untuk memadamkan api ringan, sebagai upaya pencegahan api membesar dan tidak dapat dikendalikan. Tetapi jika itu terjadi, maka warga tetap harus secepatnya menghubungi pemadam kebakaran, karena mereka tetap tenaga ahli yang memang ditugaskan untuk hal seperti ini”.
Dalam pelatihannya, tim HIMA K3 Unusa memberikan simulasi kebakaran menggunakan kayu yang dibakar. Mahasiswa memberi contoh mulai dari memperhatikan jenis bahan yang terbakar, prosedur membawa APAR dari lokasi penyimpanan, penggunaan APAR, serta proses evakuasi warga dari lokasi kebakaran.
”Selain cara memadamkan api ringan, kami juga melakukan simulasi tanggap darurat lainnya, seperti proses evakuasi ke titik kumpul yang juga sudah kami diskusikan dengan Bapak Edi selaku ketua RT, dan prosedur Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan” Ujar Krisna.
Selain itu, Krisna menambahkan bahwa walaupun tim HIMA K3 fokus mengedukasi tentang proses pemadaman api, warga juga harus diberi penjelasan apabila terjadi kemungkinan terburuk seperti luka bakar, patah tulang, dan kecelakaan lainnya saat proses evakuasi, maka harus segera dilakukan pertolongan pertama.
”Kami mengajarkan warga untuk mengevakuasi melalui jalur evakuasi, mengangkat warga yang terluka, baik dipapah maupun ditandu, membidai, membersihkan luka bakar, serta memberitahukan nomor penting yang harus dihubungi jika terjadi kebakaran. Warga juga diberi ruang untuk turut mempraktekkan apa yang sudah kami ajarkan untuk memastikan bahwa mereka sudah paham dengan prosedur tersebut” tambahnya. (***)