Kisah Imigran Afghanistan Fasih Bahasa Indonesia

Surabaya – Muhammad Hadi Qurbani, pengungsi asal Afghanistan ini terlihat bersemangat mengikuti pelatihan Basic Life Support (BLS) yang digelar Fakultas Kedokteran (FK) Unusa, Rabu (2/8). Setiap materi pelatihan yang diberikan pemateri selalu disimak dengan saksama oleh pemuda berpawakan putih ini.

“Pelatihannya menarik. Saya belum pernah ikut pelatihan yang seperti ini,” ujar Hadi yang cukup fasih berbahasa Indonesia saat ditemui usai kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Internasional FK Unusa Rabu (2/8) sore.

Dalam kesempatan tersebut Hadi bercerita jika dirinya telah tinggal di Indonesia sejak 10 tahun lalu. Sedangkan di Jawa Timur Hadi tinggal bersama ratusan pengungsi dari berbagai negara sejak 2016 silam.

“Di Jawa Timur saya tinggal di Sidoarjo (Tempat Penampungan Puspa Agro) sejak 2016,” imbuhnya.

Selain pelatihan BLS yang mencakup instruksi tentang cara memberikan CPR satu orang dan dua orang kepada orang dewasa dan anak-anak, Hadi juga mendapat materi pelatihan merawat luka.

“Terbantu sekali dengan adanya pelatihan ini. Jadi nanti kalau misalnya ada yang kecelakaan saya bisa sedikit membantu,” tuturnya.

Selain Hadi, pelatihan ini juga diikuti 29 migran atau pengungsi yang berasal Pakistan, Iran, Somalia, Sudan, dan Myanmar.

dr. Hafid Algristian, Sp.KJ., – Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) Fakultas Kedokteran Unusa

Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) FK Unusa, dr. Hafid Algristian, Sp.KJ., mengungkapkan, tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kader kesehatan migran atau pengungsi pada bidang kesehatan jiwa, fisik, dan keluarga.

“Selain ilmu terkait kesehatan jiwa, fisik, dan keluarga. Mereka juga belajar dan praktik secara langsung dalam pertolongan pertama pada kasus-kasus gawat darurat jiwa, fisik, dan keluarga,” ungkapnya.

Pria yang juga sebagai dosen Fakultas Kedokteran Unusa ini menambahkan, para pengungsi diberikan materi serta cara deteksi dini pada kasus-kasus kesehatan jiwa, fisik, dan keluarga. Selain itu, mereka diberi pengetahuan untuk melakukan rujukan dan pendampingan ke sentra kesehatan terdekat.

“Semua yang dilakukan dalam kegiatan ini, merupakan salah satu rangkaian untuk merintis kurikulum internasional Fakultas kedokteran Unusa 2024. Kami ingin memberikan penguatan kepada tim bantuan medis FK Unusa, yang terdiri dari dokter-dokter alumni FK Unusa, dan mahasiswa FK Unusa untuk pengiriman tim medis ke luar negeri,” tandasnya. (***)