Surabaya – Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2023 Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) memamerkan berbagai karya inovatif dan edukatif di Kafe Fastron Lantai 3 Tower Unusa Kampus Jemursari Surabaya, Senin (19/06/2023).
Sebanyak 73 mahasiswa yang terbagi menjadi 9 kelompok memamerkan karya proyek kepemimpinannya. Karya-karya tersebut merupakan hasil dari matakuliah proyek kepemimpinan yang menjadi salah satu matakuliah wajib dalam PPG Prajabatan.
Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., mengungkapkan, bahwa Proyek kepemimpinan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan mahasiswa melalui implementasi proyek-proyek yang dapat diterapkan di Satuan Pendidikan. Program proyek kepemimpinan ini tujuannya bukan hanya menjadikan mahasiswa sebagai seorang pemimpin, tapi juga tentang bagaimana mahasiswa dapat berkomunikasi dengan sivitas akademik di satuan Pendidikan.
“Mahasiswa PPG Prajabatan juga sebagai guru yang nantinya akan terjun langsung ke sekolah, bukan hanya sebagai contoh kebaikan tetapi menjadi praktisi kebaikan dari kegiatan-kegiatan proyek yang telah dilakukan,” ungkapnya.
Jazidie menambahkan, bahwa kegiatan dari Proyek Kepemimpinan II ini diusung dari berbagai permasalahan yang ditemui di sekolah maupun di masyarakat. Kemudian mahasiswa menciptakan solusi dan inovasi dari permasalahan tersebut.
“Tidak hanya sebagai calon pendidik, mahasiswa juga harus dapat menjadi agen perubahan yang mampu memecahkan masalah di sekolah maupun di masyarakat,” tambahnya.
Koordinator PPG Unusa, Dr. Nafiah, M.Pd., menyampaikan melalui program ini para calon guru diharapkan dapat memiliki kompetensi yang komprehensif, yaitu tidak hanya sebatas pada pendidikan dan pengajaran, tetapi juga dapat menjadi agen perubahan dengan mampu memecahkan persoalan, baik di dalam sekolah maupun di masyarakat.
Pada pameran ini, mahasiswa yang terbagi atas sembilan tim atau kelompok menampilkan berbagai jenis karya inovatif dan edukatif. Di antaranya, Implementasi program adiwiyata sekolah melalui kegiatan Ecoprint, Pojok literasi, program kreativitas pembuatan Damar Kurung untuk melestarikan kearifan lokal, Pengembangan karakter religius, Media interaktif berbasis digital, Kemandirian dan integritas pramuka siaga, Fun Literacy, Literasi baca anak melalui karya tulis, generasi produktif. Melalui pameran ini, seluruh tim dapat saling berbagi praktik baik.
“Karya-karya tersebut diharapkan dapat terus dikembangkan dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga didorong untuk dapat melahirkan inovasi lain, baik sebagai pendukung pelaksanaan pendidikan dan pengajaran maupun lainnya,” ungkapnya.
Pembuatan karya-karya tersebut didasari atas berbagai alasan. Seperti halnya untuk media interaktif berbasis digital. Ketua tim, Fajriatul Faizah menyampaikan munculnya ide tersebut tidak lepas dari hasil observasi dan pengalaman selama melaksanakan praktik mengajar dalam program praktik pengalaman lapangan (PPL) 2. Perlunya inovasi dalam media pembelajaran, khususnya berbagai media berbasis Augmented Reality (AR).
“Teknologi AR dapat membawa siswa masuk ke dalam lingkungan belajar virtual yang interaktif. Meski teknologi Augmented Reality bukan hal yang baru, namun pemanfaatannya dalam dunia pendidikan belum dimanfaatkan dengan optimal. Hal inilah yang menjadi dasar perlu adanya pengembangan media pembelajaran berbasis digital,” ungkapnya.
Faizah menambahkan, media AR ini bisa kita lihat seperti nyata hanya dengan menggunakan aplikasi dengan memfokuskan kamera ke arah gambar yang diinginkan. Gambar tersebut hanya bentuk seutas kertas yang diprint, namun di kamera apk Augmented Reality ini gambar tersebut memunculkan gambar yang nyata berupa gambar yg berbentuk 3 dimensi.
“Maka sebagai guru jika melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan media Augmented Reality ini, akan mempermudah siswa untuk memahami pembelajaran, karena peserta didik melihat benda yang mereka pelajari secara nyata. Jika para guru menggunakan media ini keberhasilan pembelajaran akan dengan mudah dapat dicapai. Karena dengan menggunakan media pembelajaran ini para guru dengan mudah dalam mengajarkan siswa, serta siswa juga akan lebih mudah memahami pelajaran,” ungkapnya. (Humas Unusa)