Potret Pendidikan 5.0 untuk Generasi Emas 2045

Agus Wahyudi, S.Sos., M.Pd. – Dosen PGSD, FKIP

MENGUTIP pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (okezone.com/2 Mei 2023), beliau menilai pendidikan adalah kunci utama masa depan Indonesia.

Karena itu, upaya memperbaharui pengetahuan harus terus dilakukan. Pendidikan merupakan kunci pembuka pintu ke masa depan Indonesia yang lebih baik. Jadi, mari kita jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh bersama-sama.

Tidak ada pilihan, diam atau terseret, maju dan berkembang. Itulah kondisi dari sistem pendidikan Indonesia saat ini. Sebab, dunia telah memilih maju dengan teknologi digital dalam semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan.

Pemerintah pun telah mendesain roadmap “Making Indonesia 4.0” sejak 2018 untuk mengejar ketertinggalan kita dengan negara maju, termasuk negara tetangga. Dari sepuluh program dalam roadmap, peningkatan SDM telah menjadi prioritas.

Dengan kata lain, program digitalisasi pendidikan Indonesia sebetulnya telah lama dilaksanakan oleh pemerintah. Namun, sebetulnya apa itu pendidikan 4.0, apa keuntungannya dan bagaimana cara menyiapkannya.

Urgensi Pendidikan 4.0 Harus Segera Dilaksanakan

Pendidikan 4.0 saat ini kerap menjadi topik panas di berbagai media mainstream dan forum diskusi. Lalu, apa sebetulnya urgensi dari program digitalisasi sistem pendidikan Indonesia saat ini? Sebagai berikut:

1. Trend Perkembangan Industri ke Arah Digitalisasi

Di era industri 4.0, hampir semua hal akan menerapkan teknologi sebagai dasarnya. Dampaknya jelas dan sudah cukup terasa dalam beberapa tahun terakhir. Investor banyak yang menarik diri dari negara berkembang dan mulai berproduksi di negara asal.

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu penyebab paling sering disebutkan. Sebab, teknologi telah mengambil lebih banyak peran dalam produksi daripada manusia itu sendiri. Khususnya pada industri-industri padat karya.

Ini sama seperti ketika mesin uap mulai diterapkan di industri-industri di era sebelumnya. Oleh karena itu, untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing global, anak-anak Indonesia harus cukup dekat dengan teknologi selama masa pendidikan.

2. Ketatnya Kompetisi Global

Sejak 2016 lalu, dunia secara resmi melangkah ke era globalisasi dalam arti yang sesungguhnya. Istilah cross-borders pun menjadi topik populer yang dibahas dalam berbagai forum, termasuk World Economic Forum (EWF) dan G-20.

Pembatasan wilayah yurisdiksi negara tidak lagi relevan dalam era industri 4.0 yang menggunakan teknologi digital. Dampaknya adalah, persaingan di level pekerja dan profesional secara global dipastikan akan semakin ketat.

Bahkan, Indonesia dinilai terlambat dan kekurangan tenaga ahli dalam hal teknologi digital. Faktanya, perkembangan startup teknologi di Indonesia masih kalah jauh dari India dan beberapa negara tujuan investasi lainnya.

3. Bonus Demografi 2030 – 2040

Tidak hanya persaingan global, Indonesia juga memiliki masalah lain, yakni bonus demografi. Menurut data BPS 2018, jumlah penduduk usia produktif Indonesia akan menembus lebih dari 200 juta jiwa sebelum 2045.

Ini adalah masalah serius. Sebab, lapangan kerja yang tidak berbasis pada teknologi akan semakin sempit di masa depan. Ditambah, penduduk usia produktif Indonesia harus bersaing dengan profesional lain secara global.

Pendidikan 4.0 adalah isu yang tidak bisa ditawar lagi, mulai sekarang dan untuk masa depan. Program Indonesia Emas 2045 pun terancam akan gagal diwujudkan secara nyata.

Agus Wahyudi, S.Sos., M.Pd. – Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unusa

Investasi yang Diperlukan untuk Membangun Pendidikan 4.0

Revolusi pendidikan 4.0 adalah sebuah langkah besar. Oleh karena itu, persiapan dan semua infrastruktur harus disiapkan dengan matang. Anggaran yang harus disiapkan pun tidak sedikit.

Namun berinvestasi dalam proyek pendidikan 4.0 adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa lagi ditawar, apalagi ditunda. Lalu, program dan fasilitas apa saja yang perlu diinvestasikan? Sebagai berikut:

1. Platform e-Learning

Langkah pertama untuk masuk ke ranah pendidikan 4.0 adalah penerapan e-learning dalam pembelajaran major. Sebab siswa akan terbiasa bekerja secara jarak jauh atau remote, serta teruji kredibilitasnya.

Metode pembelajaran e-learning juga akan memudahkan siswa untuk bisa menguji dan mendiskusikan teori yang dipelajari dari guru dengan lebih fleksibel dan personal.

2. Innovation Workshop

Sekolah atau bahkan universitas wajib membuat innovation workshop yang memadai untuk siswanya. Dari sanalah akan banyak ide dan gagasan luar biasa yang lahir dari kreativitas anak muda.

Investasi pada program ini tentunya akan membutuhkan dana yang sangat besar. Akan tetapi, hasilnya tidak akan pernah mengecewakan. hal ini telah dibuktikan dalam beberapa proyek inkubasi startup di kampus-kampus.

3. School-industry Engagement

Lembaga pendidikan, baik universitas maupun sekolah, harus membuka link ke dunia industri. Di beberapa negara maju, program school-industry engagement pun sudah masuk ke dalam agenda rutin tahunan.

Pelajar Indonesia wajib diberikan gambaran nyata dan aktual tentang apa saja yang dikerjakan, bagaimana, dan tantangan di dunia kerja. Kegiatan ini akan membuka mindset pelajar untuk menentukan keahlian apa yang ingin mereka kuasai.

Pendidikan 4.0 adalah proyek raksasa yang menentukan apakah Indonesia Emas 2045 dapat terwujud atau tidak. Anggaran yang diperlukan pun dapat dipastikan akan sangat besar. Namun, lembaga pendidikan sudah tidak memiliki pilihan selain memulainya sekarang.

Yang menjadi momok kemudian hal ini akan melunturkan ‘Spirit Humanisme’ dari Pendidikan iitu sendiri menjadi ‘komodifikasi’ komersialisasi dan ‘kapitalisasi’ yang akan menyingkirkan putra-putri bangsa yang kurang beruntung untuk dapat menikmati kue sebagai bagian dari Generasi Emas 2045 yang akan mengawal keberlangsungan perjalanan peradaban negeri ini. (***)