Effendy Sp.PD – Dosen Fakultas Kedokteran (FK)
PUASA Ramadhan tahun ini terasa begitu berbeda daripada dua tahun terakhir. Keluarga dapat berbuka Bersama, sahur bersama, penuh kehangatan,dengan menu sahur dan berbuka yang lebih beragam. Ada yang tidak berubah, yaitu permasalahan lambung bagi penderita dyspepsia, gastritis ataupun penyakit lambung lainnya.
Puasa sendiri memiliki arti menahan diri dari makan-minum dan yang membatalkannya mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Bulan Ramadhan dan puasa harusnya menjadi momen-momen yang menyenangkan bahkan bagi penderita penyakit lambung dan GERD.
Gangguan lambung mungkin sering disalahartikan sebagai permasalahan utama bagi penderitanya dan sering dikeluhkan terutama saat sedang berpuasa. Gangguan lambung dapat dicirikan sebagai nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman diulu hati, cepat kenyang, kepenuhan, kembung dan mual.
Banyak orang salah mempersepsikan bahwa puasa memperparah gejala lambung, namun penelitian membuktikan sebaliknya dimana ternyata berpuasa justru cenderung memperbaiki fungsi lambung dan pencernaan secara keseluruhan dengan mengistirahatkan organ pencernaan sejenak.
Penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Clinical Gastroenterology menunjukkan bahwa puasa mampu menurunkan resiko paparan asam lambung berlebihan yang bermanfaat bagi penderita dengan riwayat penyakit lambung dan GERD.
Alasan kenapa pada saat puasa terasa keluhan sakit lambung muncul dan memberat adalah karena adanya adaptasi lambung untuk memulai kebiasaan baru. Saat puasa, perut kita masih akan tetap menghasilkan asam lambung yang cukup untuk membuat sensasi panas di tenggorokan, nyeri ulu hati dan keluhan lainnya.
Kabar baiknya, adaptasi ini tidak membutuhkan waktu lama, biasanya pasien akan mengeluh pada seminggu pertama dan akan berangsur-angsur hilang. Penelitian yang diterbitkan pada The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolismyang mencoba meneliti kadar keasaman lambung pada pasien yang berpuasa Ramadhan menunjukkan adanya penurunan kadar asam lambung yang signifikan setelah hari ke-10 ramadhan.
Adaptasi akan berjalan baik apabila menu makanan saat sahur dan buka puasa juga dijaga dengan baik. Faktanya, keluhan asam lambung akan lebih sering muncul pada pasien yang “salah menu makan” dibandingkan dengan yang berpuasa dan menjaga diri dari makan makanan pemicu asam lambung.
Hal ini sudah pernah diteliti sebelumnya dan menunjukkan bukti bahwa ternyata makanan tinggi lemak, pedas dan asam lebih sering menyebabkan gejala kambuh dan memicu keluhan lambung lainnya dibandingkan dengan kemampuan menahan diri terhadap pemicu asam lambung, terutama saat bulan ramdahan.
Ada beberapa tips bagi pasien yang memang memiliki Riwayat sakit lambung ataupun GERD yaitu:
- Hindari menu sahur dan berbuka makanan yang mengandung tinggi lemak, asam, pedas, permen, kacang kacangan, snack keripik, tape, durian, buah kelengkeng, melon, anggur yang terlalu matang.
- Saat sahur dan buka sebaiknya minum air putih. Hindari kopi dan segala jenis soft drink.
- Jangan tidur setelah makan terutama yang menderita GERD. Beri kesempatan makanan turun kelambung semuanya. Dari pengalaman 3 jam sangat membantu meringankan keluhan.
- Bila tidur posisi kepala lebih tinggi terutama pada GERD karena gravitasi akan membantu mencegah aliran balik makanan.
- Makan dan minum secukupnya jangan berlebihan.
- Minum obat lambung sesuai anjuran dokter.
Jangan lupa, pekerjaan yang menumpuk dan stress fikiran akan memicu kambuhnya sakit lambung dan GERD. (***)