Surabaya – Krisis air bersih masih menjadi masalah krusial bagi pondok pesantren (ponpes), terutama ponpes tradisional. Tak jarang warga ponpes harus memakai air kurang layak untuk kebutuhan sehari-hari mulai dari mandi hingga minum. Hal ini mendorong Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Prodi S1 Kesehatan Masyarakat melakukan kegiatan pengabdian masyarakat dengan menyediakan instalasi air bersih bagi ponpes tradisional di Jawa Timur (Jatim).
“Mayoritas ponpes tradisional untuk sanitasi air bersih itu masih kurang peduli untuk pengelolaannya. Nah kami melakukan identifikasi untuk menentukan ponpes mana yang akan menjadi tempat bagi kami melakukan kegiatan pengabdian,” ujar Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unusa, Achmad Syafiuddin, (4/4).
“Dari identifikasi itu akhirnya untuk sementara ini kami lakukan (pengabdian) di ponpes tradisional di Madura, yakni 2 pesantren di Kabupaten Pamekasan,” sambungnya.
Syafiuddin mengungkapkan, kedua pesantren tersebut memiliki permasalahan air yang cukup memprihatikan. Mulai dari kondisi air yang keruh, hingga menggunakan air selokan untuk kegiatan sehari-hari.
“Kami pun membangun instalasi air bersih dengan biaya yang cukup murah. Kenapa murah? Karena ponpes itu tidak ada biaya untuk nantinya melakukan maintenance jika instalasi sudah terpasang. Yang kedua, bahan yang digunakan untuk pemurnian air itu merupakan ramah lingkungan dan banyak dijumpai di sekitar ponpes,” jelasnya.
Salah satu inovasi untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di ponpes tersebut adalah menerapkan sistem pemanenan air terpadu dan filtrasi berbasis saringan pasir lambat yang dikombinasikan dengan karbon aktif.
Adapun prosesnya pada air selokan misalnya. Air selokan tersebut dibuat semacam bendungan. Ini dinamakan penyaringan awal atau pengendapan. Setelah itu diambil air bagian permukaan hasil dari filtrasi tersebut disimpan dalam tandon air.
“Yang kedua kita pakai arang. Alhamdulillah, awalnya untuk sanitasi saja airnya tidak layak, sekarang sudah bersih airnya dan layak konsumsi,” tukas Syafiuddin.
Selain penyerahan paket instalasi air bersih, Unusa juga memberikan pelatihan bagi santri dan masyarakat sekitar cara mengelola dan menyiapkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
Syafiuddin mengungkapkan, pihak mengajarkan kepada pengurus ponpes dan santri bagaimana memanfaatkan air tidak layak menjadi layak minum.
“Alhamdulillah sudah ada perubahan perilaku. Sekarang kalau airnya keruh, santri ini pasti komplain dan pengurus ponpes juga sudah tahu apa yang harus dilakukan jika airnya keruh,” terangnya.
Syafiuddin menuturkan, melihat keberhasilan kedua ponpes di Pamekasan tersebut dalam pengelolaan air bersih, pihaknya kian termotivasi untuk melakukan hal yang sama di ponpes-ponpes lain di Jatim yang mengalami krisis air bersih.
“Ke depannya kami akan fokus di ponpes tradisional lainnya di Jatim. Bahkan kalau memungkinkan bisa ke ponpes lain di seluruh wilayah Indonesia,” tandasnya. (***)