Surabaya – Berdasarkan temuan tim Prodi S1 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), tak sedikit santri pondok pesantren (ponpes) yang mengalami kelebihan gizi dan anemia. Hal ini seperti diungkapkan Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M.Kes, Kepala Prodi S1 Gizi Unusa.
“Jadi ada 2 permasalahan (santri ponpes), gizi lebih dam anemia. (Gizi lebih) karena (mungkin) kurangnya aktivitas fisik santri atau banyak jajannya,” ujarnya saat diwawancarai, Minggu (2/4).
Untuk mengetahui lebih dalam penyebab para santri mengalami gizi lebih, Prodi S1 Gizi Unusa pun akan melakukan pendampingan terhadap ponpes, salah satunya yang saat ini dilakukan di sebuah ponpes di Kabupaten Bangkalan.
“Kami melakukan pengabdian itu ingin tahu apakah gizi lebih yang dialami santri benar-benar karena aktivitas fisik kurang, misalnya mereka kegiatannya hanya belajar dan mengaji tanpa diimbangi aktivitas fisik meskipun hanya 15 menit sehari,” jelasnya.
Sedangkan untuk anemia kebanyakan dialami santri perempuan. Ini salah satu penyebabnya bisa karena tidak mengkonsumsi tablet tambah darah.
“Kan setiap bulan santriwati ini mengalami menstruasi, apakah mereka mengkonsumsi tablet tambah darah atau bagaimana? Itu yang kita dalami,” imbuhnya.
Rizki mengatakan, untuk mengatasi 2 permasalahan tersebut, pihaknya menawarkan beberapa solusi. Untuk menurunkan gizi lebih misalnya, Prodi S1 Gizi Unusa meminta santri untuk lebih sering melakukan aktivitas fisik, dan memberikan edukasi pola makan yang seimbang.
“Sedangkan untuk mengatasi anemia, kita melakukan pemantauan konsumsi tablet tambah darah melalui kader yang telah kita bentuk di ponpes,” jelasnya.
Selain ponpes di Bangkalan tersebut, Prodi S1 Gizi Unusa akan terus melakukan pendampingan bagi ponpes lain. Adapun kriteria ponpes yang menjadi prioritas yakni ponpes terdekat dan yang paling membutuhkan pendampingan gizi.
“Untuk kriteria ponpes (yang akan didampingi), kita akan menganalisa situasi terlebih dahulu. Apa yang menjadi permasalahan ponpes tersebut? Kalau (ponpes) yang kemarin itu masih yang terdekat dan setelah menganalisa situasinya memang lebih banyak mengalami gizi lebih dan anemia,” paparnya.
Dalam kegiatan pendampingan tersebut, selain membentuk kader, Prodi S1 Gizi Unusa Pengukuran berat badan (BB) juga melakukan kegiatan pengukuran tinggi badan (TB), perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan penentuan status gizi serta pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Materi ini juga diberikan sebagai materi pelatihan kepada para santri. “Kami melatih para santriwati mulai dari pengenalan alat ukur, cara mengukur yang benar, cara membaca hasil pengukuran sampai dengan perhitungan status gizi dan interpretasi hasil,” tandasnya. (***)