Surabaya – Gilang Nugraha, S.Si., M.Si., merupakan salah satu dari 27 orang yang terpilih menjadi Editor Buku Bunga Rampai Program Akuisisi Pengetahuan Lokal Tahun 2023 yang dilaksanakan Direktorat Repositori Multimedia dan Penerbitan Ilmiah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Gilang telah menyisihkan ratusan peserta yang mengikuti seleksi secara nasional. Kabar Bahagia tersebut berdasarkan Nomor: B-399/II.7.4/FR.05/3/2023 tentang Hasil Seleksi Editor Buku Bunga Rampai Program Akuisisi Pengetahuan Lokal Tahun 2023. Gilang terpilih menjadi editor di bidang kesehatan dengan kepakaran Teknologi Laboratorium Medik, Kedokteran Laboratorium, Laboratorium Kesehatan.
Pria yang juga sebagai dosen D-IV Analis Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) ini mengungkapkan, bahwa terpilihnya dia tidak lepas dari dukungan, motivasi, dan doa orangnya selama ini. Dia ingat ketika awal mula dirinya menekuti bidang analis kesehatan. Dulu sebetulnya mengambil kuliah analis kesehatan itu ketidak sengajaan.
“Harapan orang tua, agar saya bisa studi lanjut ke jenjang pendidikan tinggi, waktu itu dapat informasi dari SMA, ada jurusan D-III Analis Kesehatan, dilihat biayanya yang tidak begitu mahal, dan kuliah hanya 3 tahun, dengan harapan cepat dapat kerja. Mulai dari sanalah, saya mencintai dunia analis kesehatan,” ungkapnya, Jumat (17/3).
Pria yang juga sebagai editor dan reviewer pada Jurnal Ilmiah bidang Teknologi Laboratorium Medik menambahkan, bahwa orang tuanya selalu mendukung pilihannya, dengan catatan apa yang dipilih dapat dipertanggung jawabkan kelak. Dia bersyukur dapat lolos melalui jalur prestasi. Waktu itu orang tuanya ikut membantu mengisikan berkasnya, bahkan sampai mengantarkan ke Bandung untuk mengurus pendaftaran, saat ini posisi rumahnya di Banten. Sebelum proses pendaftaran, orang tuanya sempat memberi petuah-petuah, agar pilihan yang diambil bisa mengantarkan langkahnya sukses di masa depan.
Selama kuliah, orang tuanya mendukung dalam pendanaan maupun non pendanaan. Terkadang suka bertanya uang bulanan yang dikirim cukup atau tidak. “Saya sebagai anak pertama dan tau juga kesejahteraan Guru masa itu, apalagi ibu hanya berjualan di toko Kelontong. Saya selalu bilang cukup, tapi selalu berusaha menyisahkan uang untuk bisa membeli buku. Kuliah D-III ini, saya selesaikan dalam 2,5 tahun,” ungkapnya.
Anak dari pasangan Atiah dan Taryo ini mengungkapkan, bahwa saat ini Penerbit BRIN sedang menggalakkan penulisan buku dalam rangka mendistribusikan konten ilmiah berkualitas secara gratis dan terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia. Penerbit BRIN akan menerbitkan berbagai konten pengetahuan lokal dalam bentuk buku bunga rampai (chapter book).
“Saat ini, penerbit BRIN mengundang para pakar, praktisi, pemerhati dan akademisi di Indonesia untuk ikut berkolaborasi menjadi editor buku bunga rampai yang akan diterbitkan Penerbit BRIN,” ungkapnya.
Pria kelahiran Serang, 25 Juli 1990 mengungkapkan, bahwa editor bertanggung jawab terhadap keseluruhan fungsi penyuntingan (editing) pada suatu naskah di perusahaan penerbitan maupun media. Sehari-hari tugasnya mencari, memperbaiki dan menerbitkan naskah tulisan maupun gambar pendukung. Tak heran kreativitasnya sangat diperlukan untuk memastikan pembaca senang dan nyaman membaca buku. Tugas yang tak kalah penting adalah memastikan bahwa hanya buku-buku yang bermutu saja yang membanjiri pasar.
“Editor juga harus punya kemampuan diplomasi yang andal, apalagi saat berhadapan sama penulis-penulis pesohor ataupun dari kalangan akademisi yang punya sederet gelar. Editor dituntut untuk bisa memposisikan diri lebih dari sekadar “tukang edit” kata-kata, melainkan sebagai konsultan bagi penulis,” ungkapnya.
Gilang menambahkan, bahwa dalam penerbitan buku, setiap hari akan ada beberapa naskah baru yang masuk yang sudah dikirim oleh para penulis. Tugas editor disini adalah melakukan seleksi dari beberapa naskah tersebut untuk melihat kelayakan terbit naskah tersebut.Tugas ini bukanlah tugas yang mudah dan sangat menyita waktu dan umumnya proses seleksi juga memiliki beberapa tahapan hingga akhirnya naskah tersebut dinilai sudah layak untuk diterbitkan.
“Menyunting naskah juga menjadi salah satu tugas utama yang harus dilakukan editor buku. Mereka mempunyai tugas untuk mempersiapkan naskah sehingga bisa lebih enak dibaxa sekaligus lebih mudah untuk dipahami. Hal yang harus dilakukan saat menyunting naskah ini diantaranya adalah memeriksa kesalahan pengetikan, penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) dan juga tatanan bahasa yang baik, menyesuaikan gaya bahasa dengan target pembaca dan memeriksa kebenaran dari naskah tersebut,” ungkapnya. (Humas Unusa)