Waspada, Penyakit Ini Paling Banyak Diderita Anak Pesantren

Penyakit Scabies

Pondok pesantren (ponpes) merupakan tempat belajar ilmu agama secara mendalam. Kini ramai istilah pesantren modern yang juga belajar ilmu formal layaknya di sekolah umum. Sayangnya, masih ada ponpes yang belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungannya. Sehingga, tak sedikit santri yang terkena penyakit dan menular ke santri-santri lainnya.

Menurut Dwi Handayani, S.KM., M.Epi, Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) scabies atau gudik menjadi penyakit yang paling banyak diderita santri ponpes.

“Scabies, gudik atau gatal-gatal itu ya (yang paling banyak diderita santri ponpes),” ujarnya kepada Basra, Senin (13/2).

Dwi menuturkan lingkungan ponpes merupakan lingkungan yang padat penghuninya. Mereka juga harus hidup bersama dalam waktu yang cukup lama.

“Lingkunganya padat, hidup dalam satu tempat yang sama dan dalam waktu yang lama. Itu menimbulkan risiko penyakit menular, scabies itu misalnya,” sambungnya.

Scabies atau gudik merupakan penyakit gatal dan timbul bentol-bentol merah di kulit. Penyakit ini disebabkan oleh kutu yang bernama sarcoptes scabie. Penyebab utama terjadinya gudik adalah kebersihan diri yang buruk.

Penyebab munculnya kutu ini bisa karena kasur yang jarang sekali dibersihkan atau dijemur, kasur yang dipakai bersamaan, handuk dipakai bergiliran, hingga pakaian yang saling pinjam. Penyakit ini sangat menular dan gatalnya begitu luar biasa.

“Jadi lebih ke perilaku hidup bersih dan sehatnya,” tandasnya.

Masalah kesehatan berikutnya yang sering dialami penghuni ponpes adalah ketersediaan air bersih dan status gizi santri yang cenderung kurang.

“Anemia juga ya itu kan berasal dari gizinya juga. Jadi masalah kesehatan di pondok pesantren itu cukup kompleks,” jelasnya.

Menurut Dwi, masalah kesehatan tersebut paling banyak dialami ponpes salaf atau identik dengan pesantren tradisional (klasik) yang berbeda dengan pesantren modern dalam hal metode pengajaran dan infrastrukturnya. “Pondok salaf biasanya (yang paling banyak). Kalau pondok modern kan lebih fleksibel ya di mana akses informasi lebih mudah didapat. Kalau yang salaf banyak yang cukup tertutup ya,” tukasnya. (***)