Surabaya – Kesehatan sangatlah penting karena tanpa tubuh dan jiwa yang sehat, seseorang tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal, setiap orang mengupayakan dirinya sehat terkadang dengan pengobatan sendiri tanpa resep (swamedikasi) atau melalui resep dokter.
Penggunaan obat-obatan yang dilakukan oleh masyarakat secara tidak tepat dengan tidak disertai informasi yang memadai, dapat menyebabkan tujuan pengobatan tidak tercapai, namun jika dilakukan dengan benar dapat mendukung upaya pembangunan kesehatan oleh pemerintah.
Untuk menghindari pemahaman yang kurang tepat terkait instruksi dan informasi penggunaan obat-obatan, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII berkolaborasi dengan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengedukasi anggota DWP melalui sosialisasi bertajuk penggunaan drug medicine dan herbal medicine dalam menekan kejadian penyakit tidak menular di lingkungan masyarakat.
Dosen Analisis Kesehatan Unusa, Yauwan Tobing Lukiyono, S.ST., M.T., mengungkapkan bahwa praktik penggunaan obat yang tidak bijak atau tidak rasional masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Informasi obat yang tercantum pada kemasan obat, sering tidak diperhatikan dan dipahami dengan baik oleh masyarakat. Penggunaan obat oleh masyarakat tanpa informasi yang memadai dapat, menyebabkan masalah kesehatan baru, seperti kelebihan dosis (over dosis), kejadian efek samping maupun interaksi obat atau penyalahgunaan obat.
“Sampai saat ini masyarakat sering salah mengartikan ketika dokter memberikan resep minum obat 3×1 hari itu harusnya setiap 8 jam mulai konsumsi obat lagi bukan selalu habis makan, sehingga kinerja atau efektivitas obat tidak berjalan bagus, karena reaksinya menjadi tertumpuk yang mengakibatkan ketika orang tersebut sakit kembali, maka membutuhkan dosis yang lebih besar karena efek kesalahan konsumsi obat,” ungkapnya saat memberikan edukasi kepada puluhan anggota DWP LLDIKTI Wilayah VII di Ruang Pertemuan Arjuna Kantor LLDIKTI Wilayah VII, Rabu (22/02).
Pria yang ahli di bidang parasitologi lingkungan dan kesehatan, pangan dan mikrobiologi lingkungan ini menambahkan, bahwa masyarakat juga harus paham terkait perbedaan antara drug medicine dan herbal medicine, jika drug medicine kinerjanya menuju ke pusat sakit, misal sakit demam, maka diberi paracetamol. Jika infeksi, maka diberi antibiotic, beda dengan herbal medicine. Yang mana kandungan fitokimia yang terdapat di herbal medicine dapat berfungsi lebih banyak, dibandingkan dengan drug medicine dan dapat digunakan untuk terapi beberapa penyakit sekaligus baik yang bersifat penyakit menular maupun penyakit tidak menular disamping itu.
“Penggunaan herbal medicine yang tidak tepat, dapat memberikan efek negatif ke tubuh lebih minim dibandingkan drug medicine yang dapat memberikan dampak buruk pada organ tubuh lainnya jika pemakaiannya tidak terkontrol,” ungkapnya.
Tobing menambahkan, bahwa untuk drug medicine, pemakaiannya harus terkontrol dan terinci oleh ahlinya. Sedangkan untuk herbal medicine dapat digunakan setiap saat tanpa harus diawasi oleh ahli gizi, asalkan penggunaanya bijak diimbangi olah raga, makanan yang bergizi, dan minum air putih yang mencukupi.
“Kenapa kita harus paham penggunaan drug medicine dan herbal medicine, karena kembali lagi, bahwa drug medicine akan memberikan dampak yang luar biasa, jika penggunaanya salah. Karena efek toxixitasnya sangat tinggi dan sangat berbahaya bagi organ lain, sedangkan untuk herbal medicine sama, tetapi kandungannya herbal sehingga efek negatifnya minim. Tetapi jika ingin stagnan dan aman untuk merawat kesehatan, lebih baik menggunakan herbal medicine, karena dengan 1 bahan saja bisa digunakan untuk beberapa terapi kesehatan,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, dalam sambutannya, Ketua DWP LLDIKTI Wilayah VII dr. Tri Asih Imro’ati Ivan, Sp.PD., K-GEH., FINASIM menyampaikan pentingnya menjaga kesehatan keluarga, melalui edukasi ini diharapkan anggota DWP dapat memahami berbagai jenis penyakit serta kandungan pada obat-obatan, baik kimia maupun obat herbal sehingga pengobatan yang dilakukan tepat dan sesuai.
“Saya berpesan kepada anggota untuk senantiasa berpartisipasi aktif, karena banyak manfaat yang bisa didapatkan dari setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh DWP LLDIKTI Wilayah VII,” ungkapnya. (Humas Unusa)