Simak Tips dan Trik Penyusunan Proposal Pimnas!

Pimnas 2023

Surabaya – Pelaksanaan Workshop Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) diadakan oleh Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dalam momentum menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2023 dan menyiapkan mahasiswanya untuk menjadi delegasi. Kegiatan tersebut menghadirkan Pembina Tim Penalaran ITS sekaligus Reviewer Nasional yaitu Dr. Drs. Bandung Arry Sanjoyo, M.I. Komp. sebagai salah satu narasumber, dan bertempat di Auditorium lantai 9 Unusa, Selasa (21/02).

Melalui kesempatan yang diberikan, Bandung memberikan penjabaran materi mengenai penentuan judul, tips dan trik penyusunan proposal, hingga bedah contoh proposal.

“Untuk menentukan judul yang ingin diangkat pada sebuah proposal karya ilmiah, gunakanlah kata yang akademis jangan yang hanya untuk lucu-lucuan saja dalam menyingkat sebuah kata. Sebab, judul itu juga merupakan ringkasan dari tujuan yang ditentukan. Dan tidak lupa berikanlah hal baru dalam sebuah penelitian atau penemuan, dapat dikaitkan dengan problem nasional seperti budaya, energi, lingkungan, ataupun sociopreneur,” tuturnya.

Bandung Arry
Dr. Drs. Bandung Arry Sanjoyo, M.I. Komp.

Menurut Bandung, saat ini tiap mahasiswa perlu memiliki jiwa teamwork yang baik dan mengasah writing communication skill yang dipunya, salah satunya dengan mengikuti ajang PKM. Selain itu, jiwa kreativitas juga menjadi komponen penting yang perlu dimiliki agar dapat melihat peluang atau permasalahan yang ada.

“Kuncinya itu kita harus punya jiwa kreatif. Dari creativity, kita akan dapat melihat banyak peluang atau permasalahan yang dapat kita angkat dan carikan solusinya. Permasalahan sendiri merupakan perbedaan antara fakta yang dilihat dengan sesuatu yang diharapkan. Semakin tinggi dapat melihat perbedaan tersebut, maka semakin tinggi juga kreativitas yang tercipta,” ucapnya.

Selain itu, pria yang juga merupakan Tim Kecil PKM Direktorat Belmawa menambahkan, dalam penyusunan proposal harus sesuai dengan riset yang pernah ada dan dilakukan sebelumnya. Sebab, untuk kebutuhan ilmiah, rujukan yang digunakan harus jelas serta dilarang melakukan justifikasi dengan sendirinya.

“Penilaiannya itu berupa presentasi 60%, artikel ilmiah 15%, dan laporan akhir 15%. Penentuan topiknya juga dapat diangkat dari permasalahan masyarakat yang tergolong non produktif seperti karang taruna, anak jalanan. Kemudian datangi secara langsung dan tanyakan problem yang terjadi hingga ciptakan dan berikan solusi,” ucapnya sekaligus memberikan saran. (***)