Surabaya – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unusa melakukan pengabdian masyarakat di Yayasan pondok pesantren Tahfizhul Quran, Sooko Mojokerto, Kamis (15/12). Dalam pengabdian masyarakat yang merupakan salah satu kerjasama antara Unusa dengan Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi melalui Program Insentif Pemberdayaan Masyarakat Terintegrasi dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berbasis kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU) kali ini melakukan program pelatihan pembuatan media ajar berorientasi aswaja pada ustaz dan ustazah untuk menunjang kemampuan literasi santri di pondok pesantren.
Sebanyak 55 peserta dari ustaz dan ustazah pondok pesantren ikut dalam pelatihan pembuatan media ajar. Pentingnya media pembelajaran yang digunakan oleh paraguru membuat siswa bisa lebih mudah dalam memahami pelajaran.
Ada tiga manfaat dari media pembelajaran pertama Media pembelajaran adalah salah satu komponen pendidikan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Lalu kedua media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu yang dapat memudahkan bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Ketiga, dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus memiliki jiwa kreatif dan inovatif dalam membuat media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, serta visi dan misi sebuah lembaga pendidikan.
“Akan tetapi masih banyak lembaga pendidikan di Indonesia dimana para pendidiknya kurang memiliki jiwa kreatif dan inovatif dalam pembuatan media pembelajaran, terutama di lembaga pendidikan yang berada dinaungan pondok pesantren atau lembaga pendidikan yang berafiliasi Islam,” ungkap Ketua Tim Pengmas FKIP Unusa, Dr. Muhammad Syaikhon, S.H.I., M.H.I,.
Syaikhon menjelaskan banyak guru pondok pesantren yang belum banyak menggunakan media pembelajaran dalam mengajar. Dengan pengabdian masyarakat ini, Unusa ingin guru pesantren juga menerapkan media pembelajaran yang berdasarkan Aswaja. “Karena memang berafiliasi pada pondok pesantren Nahdlatul Ulama (NU) maka pendekatan Aswaja juga harus diterapkan,” ujarnya.
Lembaga yang berasaskan aswaja ini mengajarkan nilai-nilai Islam yang tasamuh (toleran), tawassuth (moderat), tawazun (harmoni), dan taaddul (adil). Yayasan pondok pesantren ini memiliki beberapa lembaga pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini sampai pada Madrasah Aliyah (MA) atau setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Permasalahan yang dihadapi di lembaga-lembaga pendidikan yang berada di naungan pondok pesantren ini adalah guru-gurunya masih banyak yeng kurang memiliki jiwa kreatif dan inovatif dalam pembuatan media pembelajaran yang memuat materi-materi yang berasaskan nilai-nilai aswaja.
“Masih banyak guru yang menggunakan media pembelajaran sederhana yaitu menggunakan papan tulis, sehingga anak dalam pembelajaran kurang bisa menerima dengan baik apa yang guru sampaikan,” ungkapnya.
Tujuan program pengabdian masyarakat (Pengmas) ini adalah untuk melakukan pendampingan pada uztaz dan uztazah di lingkungan sekolah di bawah naungan Pondok Pesantren Tahfizhul Quran dalam menyusun media pembelajaran berorientasi Aswaja. Fokus program pengabdian masyarakat ini adalah untuk mencapai indikator kinerja utama yaitu kemandirian dalam menyusun media pembelajaran dan peningkatan kemampuan literasi sebagai akibat dari pemanfaatan pojok literasi. (humas)