Dosen Unusa Ajak Guru LP Ma’arif NU Kota Surabaya Buat E-Modul Interaktif Melalui Book Creator

Surabaya – Pandemi Covid-19 mengubah sistem pembelajaran dari luring menjadi daring. Perubahan itu mempercepat perkembangan teknologi. Pemanfaatan teknologi komunikasi dalam dunia pendidikan terutama pembelajaran daring menjadi sebuah keniscayaan. Untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran, guru dan siswa haruslah terbiasa menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi digital. Namun, kenyataan banyak guru yang pengetahuan teknologinya masih kurang. Selain itu, Kurikulum Merdeka yang sedang diujicobakan mengharuskan guru menyusun modul pembelajaran yang sesuai dengan bakat dan minat siswa. Dengan demikian, guru haruslah mampu membuat modul sekaligus memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, tim pengusul pengabdian masyarakat (Pengmas) dari Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), yakni Dr. H. Syamsul Ghufron, M.Si., Dr. Nafiah, S.Pd.I., M.Pd., Dr. Suharmono Kasiyun, M.Pd., Afib Rulyansah, S.Pd., M.Pd., dan Rudi Umar Susanto, S.Pd., M.Pd. mengajak dan mendampingi 25 Guru di Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Kota Surabaya untuk membuat Prototipe E-Modul Interaktif dan Menarik Melalui Book Creator

Ketua Pelaksana Pengmas FKIP Unusa, Dr. H. Syamsul Ghufron, M.Si. menuturkan kegiatan ini didasarkan pada hasil analisis kebutuhan mitra bahwa pada umumnya guru di lingkungan mitra sangat memerlukan informasi tentang Kurikulum Merdeka. Selain itu, mereka juga mengalami kesulitan dalam menyusun modul dan pengetahuan tentang teknologinya masih kurang.

“Solusi yang ditawarkan adalah diadakannya pelatihan dan pendampingan dengan judul Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Prototipe E-Modul Interaktif dan Menarik Melalui Book Creator bagi Guru di Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Kota Surabaya,” ungkapnya

Syamsul Ghufron menambahkan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global tergambar dalam kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Tampilan dan wujud informasi dan komunikasi itu tidak lagi analog dan pasif, tetapi sudah digital dan bersifat aktif dan interaktif. Menurut, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi harus dimanfaatkan dalam bidang pendidikan.

“Ide-ide pembelajaran yang sulit dideskripsikan menjadi mudah melalui animasi-animasi yang menarik dan dapat mempermudah simulasi proses-proses yang rumit,” ungkapnya.

Pria yang juga sebagai dosen PPG Unusa ini menjelaskan, permasalahan yang dihadapi mitra pengabdian pada masyarakat, yaitu minimnya sumber rujukan (literatur) bagi para guru di LP Ma’arif NU Kota Surabaya untuk pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Mereka mengalami kesulitan untuk menciptakan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Kesulitan tersebut diakibatkan kurangnya pengetahuan guru mengenai pembuatan bahan ajar, belum pernah dilakukan pelatihan untuk menciptakan bahan ajar.

“Para guru terbiasa melakukan proses pembelajran dengan menggunakan sumber (rujukan) buku, LKPD yang disediakan di sekolah tanpa melengkapinya dengan sumber rujukan yang lainnya. Bahan ajar adalah seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara sistematis menunjukkan syarat tertentu dari kompetensi yang akan dikuasai dan mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan,” ungkapnya.

Pria yang juga pengajar matakuliah Bahasa Indonesia ini menambahkan, seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi dan informasi menjadi hal yang lumrah di era digital saat ini. Pada waktu lampau, ketika menulis modul, guru harus menyusunnya kemudian mencetaknya dalam bentuk buku atau lembaran-lembaran. Namun, lembaran-lembaran tersebut sekarang dapat dilakukan dengan mudah dan dapat diakses kapan saja. Itu semua terjadi karena adanya dukungan teknologi yang menjadikan guru lebih kreatif dan aktif dalam melaksakan pembelajaran secara luring maupun daring.

“Salah satu upaya memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran adalah pembuatan e-modul dengan Book Creator. Tujuan pembuatan Book Creator dalam pembelajaran adalah untuk mempermudah proses pembelajaran bagi guru dalam menyampaikan bahan pembelajaran (narasi, cerita bergambar, dialog) dan tugas secara online kepada siswa. Book Creator merupakan aplikasi yang dirancang untuk membuat buku berbasis e-modul. Book creator dikatakan “atraktif” karena tools (elemen-elemen fasilitas yang tersedia) tidak hanya berupa tulisan dan gambar, buku, atau bacaan biasa, namun juga dapat menyisipkan record audio bahkan video,” ungkapnya.

Syamsul Ghufron menambahkan, berdasarkan hal tersebut diperlukan media pembelajaran yang mudah dimanfaatkan siswa maupun guru. Media book creator telah memenuhi syarat mudah digunakan bagi siswa dan mudah dibuat oleh guru. Komponen yang ada dalam book creator ini sangat lengkap. Book creator juga memiliki empat domain yang mendukung berbagai aspek pendidikan.

“Keempat domain tersebut meliputi membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Unsur audio atau domain berbicara ini juga menjadi nilai lebih dari book creator karena guru bisa menjelaskan gambar ataupun diagram yang ada dalam buku dengan lebih mudah sehingga dapat ditangkap oleh siswa,” pungkasnya.