Perdalam Kualitas Pendidikan dan Ke-NU-an, Mahasiswa IAIM NU Metro Lampung KKL ke UNUSA

Surabaya – Ratusan mahasiswa Institut Agama Islam Maarif (IAIM) Nahdlatul Ulama (NU) Metro Lampung mengikuti kuliah umum tentang Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Ke-NU-an di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA), selain kuliah umum, terlaksana juga MoU antar Lembaga. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).


Rektor UNUSA, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., mengatakan ribuan perguruan tinggi berdiri di Indonesia. Dari ribuan kampus ini terselip fakta miris. Banyak kampus yang tidak berkembang dan bahkan dianggap tidak berkualitas. Jangan sampai, menjadi kampus yang ‘hidup enggan mati pun tak mau’. Ada tiga jenis kampus saat ini berdasarkan kualitas serta jumlah mahasiswanya.


“Pertama, kampus yang baru didirikan langsung bertemu ajalnya. Kedua, kampus stunting yang hidup enggan mati tak mau. Ketiga, kampus yang berkembang. Semua Perguruan Tinggi Nahdaltul Ulama (PTNU) di Indonesia harus berkembang dan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan jadi kampus stunting, atau biasa orang Jawa bilang kuntet. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah mutu akreditasi yang tidak instan,” ungkap Pria alumnus Hiroshima University Jepang saat memberikan sambutan dihadapan 265 mahasiswa IAIM NU Metro Lampung di Auditorium lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, Senin (20/06).


Jazidie menjelaskan, akreditasi sangat diperlukan untuk standar ukuran tentang mutu pendidikan pada suatu lembaga pendidikan perguruan tinggi, dimana setiap perguruan tinggi harus bisa meningkatkan mutu dan daya saing terhadap lulusannya dan dapat menjamin tentang proses belajar mengajar pada perguruan tinggi tersebut.


“Akreditasi menjadi salah satu jaminan apakah kampus tersebut berkualitas atau tidak. Jika akreditasinya bagus maka menunjukan kualitas pendidikannya juga bagus. Sehingga setelah lulus bisa menjadi alumni yang berkualitas,” ungkapnya. 


Rektor IAIMNU Metro lampung, Dr. Mispani, M.Pd.I., mengungkapkan bahwa rasa terima kasihnya telah diterima pihak UNUSA dalam kegiatan KKL. Dirinya mengapresiasi proses kualitas mutu pendidikan yang ada di UNUSA sehingga bisa mencapai mutu seperti ini. UNUSA merupakan universitas baru, namun mahasiswanya sudah mencapai 5000 mahasiswa.


“UNUSA lahir di tahun 2013, mahasiswanya sudah mencapai 5000 orang. Hal ini patut kita tiru Langkah dan strateginya, termasuk cara peningkatan mutu kualitas Pendidikan, sehingga masyarakat mempercayai UNUSA,” ungkapnya.


Salah satu pemateri kuliah umum, Dr. Mohammad Syukron Djazilan, M.Ag., menjelaskan perkembangan pemikiran radikalisme yang berbasis keagamaan dan politik semakin pesat berkembang di Indonesia, sehingga menjadi ancaman yang sangat serius bagi keberlangsungan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut dapat dilihat dari gencarnya aksi yang dilakukan kelompok radikal yang merekrut mahasiswa untuk menolak paham demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


“Deradikalisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan Pendidikan nilai-nilai keaswajaan atau ke-nu-an, ini merupakan salah satu cara yang efektif. Pendidikan ini berproses dalam pembelajaran yang mengajarkan realitas keagamaan (pluralisme) agama, ras, suku, budaya dan bahasa yang harus dikelola dan dihormati. Mahasiswa akan dapat menjauhkan diri dari sikap dan tindakan-tindakan ekstrem dan radikal, terutama yang mengatasnamakan agama. Pendidikan perdamaian (peace edcation) dapat menjadi proses deradikalisasi umat beragam,” ungkap Pria yang menjabat sebagai Ketua MUI Surabaya ini.