Ajarkan Senam Bagi Penderita Diabetes Mellitus

Surabaya – Lima dosen Unusa melakukan pengabdian masyarakat (Pengmas) dengan mengedukasi masyarakat, khususnya penderita diabetes mellitus (DM) untuk dapat menjalankan olahraga rutin di rumah. Pengmas dilakukan di wilayah Posyandu Lansia Sapta Lestari RW 07 Kelurahan Sidotopo Wetan, Surabaya.

Lima dosen yang melakukan pengabdian masyarakat masing-masing Ratna Yunita S. S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep, Dr. Abdul Muhith, S.Kep.Ns., M.Kes, Riska Rohmawati, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep, Imamatul Faizah, S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep dan dr. Lea Maera Shanty, Sp.PD.

Salah satu dosen pengabdian masyarakat Ratna Yunita mengatakan, selama ini penderita DM di kawasan itu melakukan olahraga di Posyandu Lansia Septa Lestari RW 007, mereka berolahraga dengan panduan instruktur terlatih. “Tapi karena pandemi, posyandunya tutup, sehingga penderita sama sekali tidak melakukan olahraga apapun,” katanya.

Padahal, dikatakan Ratna, penderita DM harus rutin berolahraga, agar badannya bergerak dengan baik dan sirkulasi darah juga berjalan baik. Kalau tidak, nantinya penderita akan rentan mengalami gangguan kesehatan. “Di masa pandemi seperti saat ini mereka yang memiliki penyakit bawaan sangat bahaya jika terkontaminasi virus corona. Risiko mengalami kefatalan akan lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak memiliki penyakit bawaan,” katanya.

Upaya ini, kata Ratna menambahkan, menjaga agar penderita bisa tetap bugar, dengan olahraga, asupan makanan dan obat-obatan itu harus dilakukan bersamaan, tidak boleh ditinggalkan salah satunya. Penderita DM juga tidak boleh melakukan olahraga yang terlalu berat, maka edukasi gerakan-gerakan yang diajarkan dalam Pengmas bersama para dosen dan dibantu mahasiswa ini lebih sederhana. “Tapi karena ini tujuannya agar penderita DM bisa melakukan olahraga rutin di rumah sendiri, tanpa instruktur, maka kita beri latihan cara olahraga yang mudah dilakukan,” jelasnya.

Olahraga yang mudah dan direkomendasi itu adalah resistance exercise. Jenis olahraga ini adalah untuk melatih jaringan perifer agar sirkulasinya bisa lancar. Jika lancar maka peredaran darah juga akan lancar. “Komplikasi penderita DM menyerang sirkulasi jaringan perifernya. Jika itu tidak dijaga maka akan menimbulkan luka. Cara menjaganya melalui olahraga yang mudah, yaitu resistance exercise,” ujarnya.

Olahraga jenis ini adalah melatih gerakan-gerakan sederhana dan diberikan oleh para dosen dan mahasiswa. Penderita didatangi satu per satu ke rumah masing-masing. Penderita menyambutnya dengan gembira. Mereka yang selama pandemi hanya berdiam diri tidak melakukan aktivitas olahraga apapun, karena kurangnya informasi dan pengetahuan, kini bisa lebih terbuka pikiran dan pengetahuannya.

Dari kegiatan ini, hasil evaluasi yang diperoleh dalam bentuk peningkatan pengetahuan masyarakat penderita DM sebesar 46,84 persen dari hasil pretest dan posttest sebesar 56,77 persen menjadi 100 persen. (sar humas)