Dosen dan Mahasiswa FKK Berbagi Kebutuhan Pokok di Kampung Nelayan, Kota Surabaya

Di masa pandemi Covid-19 ini, banyak masyarakat yang terkena dampaknya. Bukan hanya dampak kesehatan tapi ekonomi. Dampak ekonomi justru yang membuat masyarakat semakin tak berdaya karena semakin banyak yang tidak memiliki pekerjaan.

Karena itu, masyarakat terutama yang mampu dituntut untuk lebih peka dan peduli agar bisa membantu sesamanya terutama mereka yang terkena dampak pandemi.

Seperti halnya dosen dan mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang menggelar aksi peduli dengan memberikan bantuan bagi sesamanya. Aksi peduli itu dilakukan Yati Isnaini Safitri, SST, M.Kes dan Nur Zuwariah, SST, M.Kes., serta tiga orang mahasiswa, yakni Lailatul Arkom, Zakiya Qurrata ‘Ayun As’ari dan Islam Dwi Yulianti.

Aksi peduli tersebut dilakukan karena semakin meningkatnya kasus Covid-19 di Jawa Timur khususnya di Kota Surabaya. Sehingga semakin banyak masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama pemenuhan kebutuhan bahan pokok.

“Dampak pandemi ini luar biasa. Bukan hanya kasus pasiennya tapi banyak masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Dan akibatnya gizi masyarakat tidak terpenuhi terutama anak-anak,” ujar Yati Isnaini.

Hal inilah yang membuat dua dosen dan tiga orang mahasiswa FKK itu melakukan pengabdian masyarakat di Kampung Nelayan, Cumpat RT 03 RW 02, Kelurahan Kedung Cowek, Kec. Bulak, Kota Surabaya beberapa waktu lalu. Selama tiga bulan, keduanya menggelar aksi peduli ini. Mereka memberikan bantuan kebutuhan pokok kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan. “Mereka sangat butuh itu, banyak yang tidak makan,” tukasnya.

Dikatakan Yati, dampak pandemi memang luar biasa. Pandemi yang terjadi sejak April 2020 lalu, menurut data dari Pemerintah Kota Surabaya membuat 11 juta orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan.

Pemerintah sudah berupaya memberikan bantuan kepada warganya yang terdampak. Namun, bantuan pemerintah tidaklah cukup. Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak terutama swasta untuk bisa melakukan hal serupa.

Dikatakan Yati, pihaknya memilih kampung nelayan, karena kampung tersebut juga merasakan dampak luar biasa dari pandemi. Hasil tangkapan ikan para nelayan tidak bisa terserap pasar karena daya beli masyarakat yang menurun.

“Sehingga kami merasa perlu untuk memberikan bantuan di sana. Dan ternyata masyarakat sangat senang menerima bantuan dari kami,” tukasnya.

Selain memberikan sembako, dua dosen yang dibantu tiga mahasiswa itu juga memberikan penyuluhan bagaimana menjaga kesehatan dan memenuhi gizi seluruh anggota keluarga, walau di masa pandemi. (ril/sar humas)