Surabaya – Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) membutuhkan komunikasi orang tua dalam praktikum yang akan dilakukan di Rumah Sakit.
Dekan FK Unusa, Dr Handayani, dr., M.Kes menilai perlu adanya komunikasi dengan orang tua untuk menjaga keamanan mahasiswa yang praktikum di rumah sakit Islam (RSI) Ahmad Yani maupun RSI Jemursari. Dimana mahasiswa sebelum dan sesudah praktikum melakukan tes swab PCR.
“Ini agar mahasiswa dan orang tua merasa aman untuk mengantisipasi penyebaran virus covid-19 yang sudah mulai merebak luas,” Jelas Handayani, Jumat (15/1).
Adanya pandemi virus Covid-19 ini, membuat pihak kampus tidak ingin mengambil risiko bagi anak didik dan pendidik serta tenaga kependidikannya.
Karena itu, FK Unusa melibatkan banyak pihak ketika ingin mengambil langkah untuk melakukan pembelajaran tatap muka. “Karena bagaimanapun bagi mahasiswa kedokteran, praktikum sangat penting untuk menambah keterampilannya,” ungkap Handayani.
Handayani menjelaskan jika sejauh ini pembelajaran masih dilakukan secara daring. Namun, praktikum yang harus dilakukan offline terutama di rumah sakit, di semester genap ini masih belum dilakukan.
“Kami kan harus praktik di dua rumah sakit yang berada masih dalam satu yayasan. RSI A Yani dan RSI Jemursari sehingga mudah koordinasinya. Nah, di saat kasus Covid-19 kembali naik, kami mikir lagi, bagaimana baiknya,” kata Handayani.
Karenanya bagi mahasiswa semester 12 yang hendak lulus, pihak kampus melakukan komunikasi intensif tidak hanya dengan mahasiswa tapi dengan orang tua.
“Kenapa melibatkan orang tua, karena praktikum di rumah sakit kita harus jaga keamanan. Kita harus swab PCR sebelum dan sesusah praktikum. Ini butuh persertujuan,” tukas Handayani.
Selain itu, Handayani menegaskan praktikum mahasiswa semester akhir itu juga dipersingkat. Kapasitas juga dikurangi dengan cara bergantian. “Misalnya praktik di penyakit dalam selama 10 minggu kita kurangi jadi separuhnya. Yang penting keahlian mereka sudah didapat. Sisanya yang separuhnya lagi dilakukan secara online,” tandasnya.
Pandemi ini, kata Handayani memang sudah membuat agenda akademik berantakan. Unusa yang seharusnya sudah meluluskan dokter 2020 harus molor di 2021. “Tapi Insya Allah dalam waktu dekat sudah ada yang ikut ujian dan lulus,” tukasnya. (sar humas)