Dosen FEB Unusa Ingatkan Sub-Culture di Organisasi dan Perusahaan

Surabaya – Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Agung Baskoro, M.M., CHRM., CODP. ingatkan tentang sub-culture mengenai raja-raja kecil dalam organisasi atau perusahaan.

Agung menjelaskan Kegagalan pemimpin puncak meng-cloning pola pikir ke para pemimpin di bawahnya akan menghasilkan raja-raja kecil di setiap departemen. Bayangkan saja tiap departemen memiliki budaya yang berbeda.

“Budaya adalah akumulasi pola pikir setiap orang dalam organisasi atau departemen tertentu. Departemen keuangan biasanya memiliki pola pikir anti perubahan alias hanya menekankan pada keakuratan sehingga menolak atau tidak mudah menerima semua ide perubahan dari departemen mana pun,” ucap Agung, Selasa (22/12).

Pemimpin harus peka dengan sub-culture ini. Organisasi diibaratkan seperti sedang mengapung saja tanpa arah atau semua mendayung ke arah yang berbeda. Perahu tersebut hanya berputar tanpa arah dan semoga tidak tenggelam. Anda harus meng-cloning pola pikir anda secara intensif kepada para pemimpin di bawah anda. Ini masalah serius sahabat, tidak boleh diremehkan.

Hipotesa permasalahan yang pertama adalah para pemimpin di bawah anda memang punya agenda politik sendiri alias pola pikir memang berbeda dengan anda. Anda harus peka dengan ini. Pemimpin yang tidak sepola pikir dengan anda harus segera disamakan atau anda harus rela melepasnya walaupun anda membutuhkannya. Jika tidak, raja-raja kecil tidak akan musnah. Tetapi kalau keberatan, anda harus rela dengan mengakomodasi pola pikir pemimpin di bawah anda alias anda di-cloning. Proses saling meng-cloning antar pemimpin mungkin cara bijak untuk membentuk bentuk budaya baru organisasi.

Hipotesa kedua tentang permasalahan sub-culture terjadi karena pemimpin di bawah anda tidak mampu meng-cloning setiap orang yang dipimpinnya. Pemimpin dibawah anda harus diakui jago kerja tetapi lemah kepemimpinannya. Pemimpin ini justru di-cloning oleh pengikutnya, Jika hasil kerja departemen tersebut masih “oke” itu bukan dari hasil kerja setiap orang melainkan pemimpin anda yang mengerjakan sendiri. Anda harus melatih pemimpin dan sekaligus anda harus turun gunung untuk meng-cloning setiap orang di departemen tersebut bersama pemimpin di bawah anda.

Hipotesa ketiga ini unik karena bisa jadi ada banyak orang punya pengaruh tanpa memiliki posisi dalam departemen tersebut yang disebut informal leader. Biasanya ini terjadi karena masalah suksesi yang gagal. Anda tahu informal leader itu jago kerja atau sudah berkarya lama tetapi anda tidak percaya mereka.

Ironisnya pemimpin baru tersebut tidak mampu meng-cloning para informal leader. Pengikut justru mudah dipengaruhi oleh para informal leader. Jika anda mengalami masalah sub-culture ini sangatlah sulit. Anda harus turun gunung melakukan emotional healing dulu kepada informal leader tersebut. Proses meng-cloning tidak efektif ketika informal leader menyimpan banyak kepahitan karena seakan akan karya mereka selama ini tidak anda hargai. Anda harus memberi panggung bagi para informal leader. Jika berhasil, maka proses meng-cloning pola pikir anda kepada informal leader lebih mudah sehingga duplikasi pola pikir anda juga dilakukan kepada seluruh pengikut departemen tersebut sehingga sudah tidak ada lagi sub culture. (sar humas)