Meskipun Pakai APD, Banyak Nakes Tertular Virus Corona

Surabaya – Dosen Fakultas Kesehatan (FKes) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Dr. Rahayu Anggraini, M.Si menjelaskan meskipun menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) banyak tenaga kesehatan yang tertular virus covid-19.

Rahayu menjelaskan banyaknya tenaga kesehatan (Nakes) yang terinfeksi virus corna. Kemungkinan mereka terinfeksi lebih dari tiga kali dengan penderita Covid-19 lebih tinggi dari kejadian pada populasi umum. “Ketika mereka pulang ke keluarganya, mereka menjadi faktor utama penularan,” jelasnya, Selasa (27/10).

Bila petugas kesehatan secara tidak terduga dites positif — bagaimana dengan rekan kerja di rumah sakit atau dengan pasien di ruang perawatan primer atau ruang gawat darurat ? Di Hong Kong dan Singapura, mereka tidak menutup tempat kerja atau menempatkan semua orang untuk karantina rumah.

Mereka hanya melacak siapa saja yang telah kontak dengan petugas tersebut dan kemudian dikarantina. Di Hongkong pengertian “kontak dekat” berarti lima belas menit dengan jarak kurang dari enam kaki dan tanpa menggunakan masker bedah; di Singapura, tiga puluh menit.

Jika paparan dengan petugas tersebut lebih pendek dari batas yang ditentukan dan tetap dalam jarak enam kaki selama kurang dari dua menit, pekerja dapat tetap bekerja dengan memakai masker bedah dan melakukan pemeriksaan suhu tubuh dua kali sehari. Orang yang pernah mengalami kontak dekat dan tidak disengaja dengan petugas tersebut, cukup diminta untuk memantau gejala sendiri.

Fakta bahwa langkah-langkah ini telah berhasil meratakan kurva kejadian covid-19 dan membawa beberapa implikasi yang diharapkan. Salah satunya adalah bahwa virus korona, meskipun tampaknya lebih menular daripada flu, tetapi masih dapat dikelola dengan pedoman standar kesehatan yaitu: menjaga jarak sosial, kebersihan tangan dasar, isolasi dan karantina yang ditargetkan bagi orang yang dinyatakan positif dan mereka yang sedang menderita penyakit ini.

Di AS menempatkan petugas kesehatan dengan karantina mandiri selama empat belas hari jika mereka telah terpapar dengan orang yang terinfeksi Covid-19, padahal hanya beberapa menit dan tanpa perlindungan (masker dan kacamata).

Kebijakan itu diterapkan di U.C. Davis Medical Center, tempat kasus pertama penularan kepada komunitas petugas kesehatan yang didiagnosis pada akhir Februari 2020. Delapan puluh sembilan petugas kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien terdiagnosis Covid-19 segera dimasukkan ke dalam karantina mandiri, sehingga mereka tidak ada yang terinfeksi.

Contoh kasus pasien pneumonia yang telah sakit kritis. Pasien ini telah mengekspos empat puluh satu petugas kesehatan dalam waktu empat hari sebelum akhirnya pasien didiagnosis Covid-19. Ini adalah eksposur berisiko tinggi, termasuk eksposur saat intubasi dan ketika perawatan intensif berlangsung. Petugas Kesehatan hanya menggunakan masker bedah, namun, hanya dengan melakukan kebersihan tangan yang benar, akhirnya tidak ada satupun petugas kesehatan yang terinfeksi.

Penularan kepada petugas kesehatan walaupun telah menggunakan baju hazmat, tampaknya terjadi terutama melalui paparan berkelanjutan dengan penderita positif Covid-19, juga kurangnya menjaga kebersihan tangan setelah kontak dengan sekresi penderita. Pemeriksaan swab hanya dilakukan untuk pencarian kasus baru, karena sangat sensitive dan spesifik, tetapi bukan untuk pemeriksaan berkelanjutan terhadap penderita positif Covid-19.

Pemeriksaan berkelanjutan biasanya cukup dilakukan dengan metode Electro-Chemiluminescence Immunoassay (ECLIA) Anti-SARS-CoV-2 adalah merupakan pemeriksaan imunoserologi otomatik (autoanalyzer) menggunakan sampel darah dan hasil dapat segera diketahui pada hari yang sama (hasil sensitive dan spesifik dengan false negative dan positif yang rendah). (sar humas)