Surabaya – Dosen Program Studi (Prodi) Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Annif Munjidah, SST., M.Kes menilai bahwa saat ini masih ada ibu balita di masyarakat yang memberikan MP ASI bukan menu lengkap sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) maupun World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia.
Informasi tersebut diberikan Annif berdiskusi secara online tentang kesehatan anak yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa (Hima) S1 Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Selain Annif, ada juga pemateri Nabila Zuhdy, SST., M.Kes yang merupakan bidan WNI yang berdomisili di United Kingdom yang berbagi tentang pelayanan kesehatan di UK.
Annif menjelaskan berdasarkan rekomendasi IDAI dan WHO, pemberian MP Asi harus tepat waktu, adekuat, aman, higienis dan diberikan secara responsive. Tepat waktu yakni saat bayi berusia enam bulan.
Jika ibu mau memberikan MP ASI saat bayi berusia empat sampai lima bulan harus dengan rekomendasi dokter. Pemberian MP asi yang terlalu dini yakni kurang dari usia 4 bulan masih belum dibutuhkan karena kebutuhan enegrgi kalori bayi masih dapat tercukupi hanya dengan asi. “Kalau mendapat mp asi malah berpotensi diare dan masalah pencernaan lain seperti kembung bahkan masalah pencernaan yang lebih serius lainnya,” jelas Annif.
Jika makanan pendamping asi diberikan pada bayi yang berusia lebih dari tujuh bulan dapat beresiko anemi bahkan gagal tumbuh. “Karena saat usia tersebut asi saja tidak mencukupi kebut bayi,” beber Annif.
Adekuat artinya MP Asi harus diberikan dengan kandungan zat gizi yang lengkap dan seimbang, yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, sayur atau buah, dengan asi tetap diberikan. Untuk protein diutamakan protein hewani karna mengandung asam amino essensial yang sangat dibutuhkan oleh bayi. “Pemberian sayur dan buah hanya bersifat pengenalan saja, dengan jumlah secukupnya jangan terlalu banyak” ucapnya, Minggu (12/7).
Annif melanjutkan kapasitas lambung bayi masih kecil, jika terlalu banyak sayur buah maka mikronutrien lain tidak masuk dan diserap oleh tubuh. “Padahal yang paling dibutuhkan untuk perkembangan otak dan fisik masih banyak, selain itu sayur dan buah bersifat menyerap kandungan mikronutrien dari zat nutrisi lainnya,” ucapnya.
Annif menjelaskan tidak kalah penting selain komposisi adalah tektur dan jadwal makan. Dimana tesktur yg tdk sesuai usia yang seharusnya akan berdampak panjang bahkan sampai dengan usia batita (usia satu sampai dengan tiga tahun). “Bayi pada usia satu tahun yang semestinya ia sudah makan makanan keluarga jadi tidak bisa, anak menolak atau hanya diemut saja,” ucapnya.
Sedangkan untuk jadwal makan, banyak masyarakat akan memberikan susu jika anak tidak mau makan. “Ini karena susu saja tidak mencukupi kebutuhan kalori anak per hari, selain itu, proses makan sebagai salah satu proses belajar, belajar lapar kenyang, belajar rasa, bau, tekstur, warna dan lainnya,” ucap Annif.
Jadi memang perlu diatur oleh orang tua sejak dini untuk mengatur jadwal makan anak. Seperti satu hingga dua jam sebelum jadwal makan utama, jangan diberi cemilan atau susu agar anak belajar mengenali rasa lapar. “Sehingga saat jadwal makan utama anak akan mau makan,” ucap Annif.
Yang tidak kalah penting adalah menerapkan aturan makan (feeding rules) diantaranya Lama waktu makan tidak lebih dari tiga puluh menit, jangan beri anak minum air putih kecuali di sela makan, hilangkan distraksi misalnya mainan, gedget, jalan jalan karna distraksi ini akan mengalihkan anak dari proses belajar makan, hindari memaksa anak karna itu akan menimbulkan trauma, anak punya rekam ingatan yang buruk terhadap makan. Dorong anak untuk makan sendiri jika sdh berusia 9 bulan keatas. (sar humas)