Tingkatkan Imunitas Tubuh Dengan Bakteri Baik Dalam Sistem Pencernaan

Surabaya – Dosen Program Studi (Prodi) S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan (FKes) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Farah Nuriannisa, S.Gz., M.P.H. memiliki cara untuk tingkatkan imunitas dalam tubuh dengan bakteri baik dalam sistem pencernaan.

Farah menjelaskan sistem pencernaan dalam tubuh terutama usus besar memiliki triliunan mikroorganisme (bakteri). Hasil metabolisme bakteri tersebut dapat membantu mencerna makanan, mengeliminasi racun, serta memproduksi molekul atau senyawa aktif yang dapat melindungi kita dari berbagai jenis mikroba patogen (pembawa penyakit). “Hampir 70 persen sistem imunitas dalam tubuh kita diatur oleh sistem pencernaan,” ucapnya, Selasa (5/5).

Dengan kondisi ini, perlu adanya keseimbangan antara bakteri baik dengan bakteri jahat (patogen) dalam pencernaan. “Kita harus banyak mengonsumsi produk probiotik dan prebiotik,” ucap Farah.

Menurut World Health Organization (WHO), probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup akan membawa manfaat untuk kesehatan. “Beberapa jenis bakteri probiotik, antara lain adalah Lactobacillus plantarum, Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium,” ucap Farah.

Sedangkan prebiotik adalah bahan makanan yang susah dicerna namun dapat meningkatkan aktivitas dari bakteri probiotik. “Produk kaya probiotik adalah yogurt, sedangkan prebiotik dapat diperoleh dari konsumsi bahan makanan berserat (sayur dan buah) maupun berkarbohidrat kompleks seperti ubi, kentang, beras merah, gandum,” jelas Farah.

Farah menambahkan jika jumlah bakteri probiotik yang disarankan berefek pada kesehatan adalah sebanyak seratus mililiter. “Kandungan bakteri >106 CFU/ml,” ungkapnya.

Bakteri probiotik dalam tubuh dapat berdampak pada regenerasi sel saluran cerna, sehingga proses absorbsi berbagai zat gizi dapat menjadi lebih baik. Absorbsi zat gizi yang optimal akan berefek pada kecukupan zat gizi dalam memenuhi kebutuhan tubuh kita.

“Terutama antioksidan dan antiinflamasi (omega-3), dapat mengontrol sistem imun dalam tubuh. Sementara itu, bakteri probiotik juga dapat mensekresi senyawa bioactive peptide yang berperan sebagai antioksidan, antibakteria, serta angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor),” ucap Farah.

Mengkonsumsi yogurt dapat menyebabkan perbaikan kondisi flora usus, sehingga berdampak pada perbaikan kondisi gut associated lymphoid tissue (GALT). “Ini berdasarkan penelitian dari Irvine et. al pada tahun 2011,” ucapnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Kanauchi et. al (2018) mengenai efek probiotik pada infeksi virus juga menjelaskan bahwa konsumsi probiotik menyebabkan aktivasi dari sel dendrit tubuh sehingga dapat menstimulus produksi type-1 interferon (IFNs).

Produksi dari type-1 interferon ini akan berdampak pada proses eliminasi virus. Penelitian yang sama juga membahas bahwa bakteri probiotik terutama Lactobacillus casei dapat memodulasi pengaktifan Natural Killer (NK) cells, yang merupakan first line dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi infeksi virus.

Meskipun belum ada penelitian mengenai efek pemberian probiotik terhadap infeksi coronavirus maupun Covid-19, namun setidaknya beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kondisi flora usus yang baik dan seimbang dapat membantu tubuh melakukan perlawanan terhadap infeksi virus.

“Kondisi flora usus yang seimbang dapat diperoleh dari konsumsi probiotik dan prebiotik. Jadi, tidak ada salahnya kan, mencoba menggunakan bakteri usus kita sebagai salah satu senjata melawan Covid-19 ini,” jelas Farah. (sar humas)