Surabaya – Dosen Program Studi (Prodi) S1 Sistem Informasi (SI), Fakultas Teknik (FT), Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Rizqi Putri Nourma Budiarti, M.T memiliki cara untuk mengantisipasi penyebaran virus corona dengan mengambil Location Based Service (LBS) atau layanan berbasis lokasi. Data tersebut didapatkan dengan mengambil nomor Handphone (hp) dari korban positif virus corona.
Rizqi menjelaskan, dari data LBS dapat mendeteksi keberadaan korban positif corona dengan mentracking melalui nomor hp miliknya. Pantauan ini dilakukan dengan cara mengambil data LBS empat bulan sebelum kejadian.
“Dari sana dapat diketahui korban ini terkena virus corona dari daerah mana dengan melihat latitude dan longtitude yang semua itu bisa dideteksi melalui nomor hp,” ucap Rizqi Putri Nourma Budiarti, M.T, Jumat (17/4).
Cara ini dilakukan tidak menggunakan Global Positioning System (GPS) untuk mentracking keberadaan korban yang positif terkena virus corona. “Jadi hp zaman dulu (jadul) juga bisa dipantau keberadaannya,” jelas Rizqi.
Semua ini bisa dilakukan jika pemerintah pusat maupun daerah bekerja sama dengan semua provider yang ada di Indonesia. Dengan begitu mudah melacak keberadaan korban sebelum terkena virus corona. “Jadi pemerintah hanya meminta nomor hp korban positif virus corona hingga yang sudah meninggal untuk memastikan korban terkena dilokasi mana dan berinteraksi dengan siapa saja,” ucapnya.
Dalam hal ini pemerintah daerah seperti Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya bisa meminta kerja sama langsung dengan provider untuk meminta data LBS. “Jika kondisi darurat seperti saat ini, bisa dilakukan karena cara ini untuk mencegah penyebaran virus corona,” ucapnya.
Nantinya, data LBS itu akan dicari oleh programer dengan menggunakan algoritma Greedy Search. “Itu bisa terlihat untuk waktu lokasi, latitude dan longtitude, serta identitas yang terdata,” ucap Rizqi.
Rizqi tidak menampik usaha dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan radar Covid-19. Namun kondisi itu tidak bisa mengetahui perjalanan korban sebelum terkena virus corona.
“Di kemudian hari dengan mengetahui jalur yang sudah dilewat oleh penderita, maka bisa dilihat pola jalur penyebaran. Selain itu bisa diketahui pula siapa aja yang sekiranya melakukan kontak dengan si carrier/penderita,” ucap Rizqi. (sar/rud humas)