Cegah Osteoporosis, Jangan Malas Bergerak

Surabaya – Perempuan lebih rentan terkena osteoporosis (keropos tulang) dibanding laki-laki. Ketika perempuan menopause, produksi hormon estrogen berkurang sehingga akan berpengaruh pada densitas (kepadatan) tulang.

Dr Larguita P Reotutar dari University of Northern Philippines mengatakan perempuan yang hamil atau melahirkan, risiko osteoporosis lebih dari 2 kali. Pasalnya saat hamil, janin butuh kalsium dan itu didapatkan dari kalsium ibunya. Oleh karenanya perempuan harus mencukupi asupan kalsium.

“Selain itu faktor gaya hidup dan aktivitas juga akan berpengaruh pada densitas tulang. Agar terhindar dari osteoporosis perempuan harus beraktivitas dan bergerak, jangan malas untuk bergerak,” kata Dr Larguita pada kuliah tamu Fakultas Kebidanan dan Keperawatan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) di Kafe Fastron lantai 3, Tower Unusa, Kampus B, Selasa (16/7).

Kuliah tamu FKK Unusa ini mengundang tiga dosen University of Northern Philippines, yakni Dr Larguita P Reotutar, Dr Julieta Guinid. dan Dr Francis Don L Nero. Ketiganya membahas tiga topik yang berbeda yakni osteoporosis, stroke, dan diare.

“Kuliah tamu dengan mengundang ketiga dosen tersebut merupakan implementasi dari kerja sama antara Unusa dengan University of Northern Philippines. Kebetulan akhir pekan lalu Unusa menggelar Surabaya International Health Conference (SIHC) ke-2, di mana delegasi yang diundang salah satunya dari University of Northern Philippine,” kata Dekan FKK Yanis Kartini, SKM, MKep.

Yanis menjelaskan materi pertama membahas tentang osteoporosis, bagaimana risikonya terhadap pria dan wanita , terutama ibu hamil. Apa saja yang perlu diperhatikan terkait hormon, kalsium, asupan nutrisi, dan lainnya. Materi kedua membahas penyakit stroke dan perawatannya. Dilanjutkan materi ketiga membahas diare, yang diketahui banyak terjadi di negara berkembang seperti Philipina maupun Indonesia.

“Dari pemaparan tersebut diharapkan mahasiswa mendapat wawasan baru bagaimana penanganan di negara lain seperti Philipina. Sehinggga bisa menjadi bekal saat memberi penyuluhan kepada masyarakat luas,” katanya.

Selain gelaran seminar internasional dan kuliah tamu, implementasi kerja sama juga akan dilakukan penelitian bersama. Yang kemudian diharapkan bisa dipublikasikan secara internasional.

“Kuliah tamu ini merupakan kesempatan yang baik bagi mahasiswa untuk belajar dan menambah wawasan dari negara lain. Ke depan kerja sama ini akan ditingkatkan dalam sebuah penelitian bersama, pengajaran, atau pengabdian masyarakat,” kata Rektor Unusa Prof Achmad Jazidie saat membuka kuliah tamu.

Sementara iu dalam pemaparannya Dr Julieta Guinid menjelaskan salah satu tanda stroke, FAST.  F adalah Facial drooping, kalau menemukan wajah tiba-tiba lemah, dan terasa susah digerakkan. A adalah Arm Weakness, kelemahan pada salah satu lengan, kanan atau kiri, lengan terasa lemah dan susah untuk diangkat. S adalah Speech Difficulties, bicaranya tiba-tiba tidak jelas atau susah bicara, atau tiba-tiba pelo.

T adalah Time, nah jika salah satu tanda itu muncul maka itulah waktu yang tepat untuk segera membawanya ke Rumah Sakit,” katanya.

Pemaparan dilanjutkan oleh Dr Francis Don L Nero yang menjelaskan bagaimana membedakan perempuan hamil yang mual itu karena hyperemesis (gejala mual atau muntah di masa kehamilan , atau karena GERD (Gastroesophageal reflux Disease) yakni munculnya rasa terbakar di dada akibat asam lambung naik ke kerongkongan.

“Tanda dan gejalanya memang hampir mirip, sama-sama mual.  kalau pada hyperemesis gravidarum, disertai muntah yang sering dan bahkan banyak, dan banyak dipengaruhi oleh hormon. Namun kondisi ini akan hilang seiring bertambahnya usia kehamilan,” katanya.

Sedangkan pada GERD, lanjut Dr Francis, adanya janin pada uterus akan menekan abdomen, yang efeknya tekanan pada lambung. Ini juga memicu keseimbangan asam lambung. Sselain itu faktor makanan dan obat juga bisa memicu terjadi GERD.

“Setelah melahirkan, orang yang mengidap GERD  masih kambuh kalau pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsinya tidak diatur dan tidak dijaga dengan baik,” pungkasnya. (hap/Humas Unusa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *