Ibu Penjahit Bertekad Dorong Anaknya Lulus Profesi Ners Unusa

Surabaya – Nada suara Sulastri (44) bergetar. Ibu yang berprofesi penjahit itu tak bisa menyembunyikan tekad membara agar Gita Rizky Oktavia, putrinya, — mahasiswi S-1 Keperawatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa)–  sukses menjadi perawat.

“Saya ingin sekali melihat anak saya bekerja dan sukses menjadi perawat. Meski hari ini saya tidak punya uang sama sekali, saya akan berusaha keras agar Gita dan kedua adiknya bisa melanjutkan pendidikannya,” kata Sulastri saat mengikuti pemaparan prodi Profesi Ners bagi para orang tua atau wali mahasiswa S1 Keperawatan, di Kafe Fastron, Lantai 3, Unusa Tower, Kampus B, Jemursari, Surabaya, Senin (8/7).

Bagi Sulastri, pendidikan sangat penting bagi bekal ketiga putrinya. Penghasilannya yang tidak seberapa, tidak menghalanginya untuk menyekolahkan mereka hingga tuntas. Sementara sang suami, Karsono, sudah lebih setahun tidak bisa lagi berdagang ayam karena lumpuh.

“Alhamdulillah, Gita bisa ikut wisuda Agustus tahun ini. Semangatnya menjadi perawat telah mendorong saya bekerja lebih keras. Tak ada salahnya cita-cita saya dulu jadi perawat diwujudkan anak saya,” ujar Sulastri yang menganggap kesuksesan Gita bakal menjadi tauladan bagi kedua adiknya.

Pascawisuda, Sulastri bertekad membiayai Gita untuk melanjutkan ke pendidikan Profesi Ners yang hanya dua semester. Sebab pendidikan Profesi Ners menjadi syarat agar Gita bisa bekeja sebagai perawat.  Selain itu, Sulastri rupanya termotivasi pemaparan Wakil Rektor  I Unusa Prof Kacung Marijan.

“Bekerja itu tidak hanya mencari nafkah dan rezeki, tapi juga beramal. Dengan bekerja dan berkarya, seseorang bisa mengembangkan diri dan bermanfaat bagi keluarga dan orang banyak. Ilmu yang telah ditempuh selama kuliah menjadi ladang amal kala bekerja,” kata Prof Kacung.

Oleh sebab itulah, Prof Kacung berharap para ortu dan wali mahasiswa mendorong putra-putrinya agar melanjutkan pendidikan ke profesi Ners.  Sebab sesuai UU no 38/2006 tentang ‘Keperawatan’’, pendidikan akademik dan profesi menjadi satu paket. Seorang perawat baru bisa bekerja setelah menempuh pendidikan akademik S-1 4 tahun dan pendidikan profesi 1 tahun.

“Saat ini persaingan dunia sangat ketat. Mencari kerja tidaklah mudah. Oleh karenanya Unusa sangat komit untuk terus meningkatkan kualitas anak didik agar memiliki kompetensi dan mampu bersaing di dunia kerja,” tegas Prof Kacung.

Sementara itu, Ketua Prodi S-1 Keperawatan dan Profesi Ners Unusa Siti Nurjanah, S.Kep.Ns., M.Kep menjelaskan, Unusa bekerja sama dengan lima rumah sakit untuk magang para mahasiswa. Kelima rumah sakit memiliki karakter berbeda, sehingga mahasiswa memiliki banyak pengalaman dan kelak siap bekerja di rumah sakit manapun.

“Sekarang ini rumah sakit cenderung membutuhkan tenaga berpendidikan profesi ners. Sebab salah satu penentu nilai akreditasi sebuah rumah sakit adalah banyaknya pegawai yang berpendidikan Profesi Ners,” katanya. (hap/Humas Unusa)